Tabanan (bisnisbali.com)–Pemkab Tabanan melibatkan BUMDes dalam upaya mengendalikan harga minyak goreng (migor) kualitas curah agar bisa dibeli konsumen sesuai harga eceran tertinggi (HET). Upaya tersebut dilakukan lantaran migor kualitas curah masih diperdagangkan di kisaran Rp17.000 sampai Rp20.000 per kilogram hingga kini.
Kepala Bagian Ekonomi Setda sekaligus Sekretaris TPID Kabupaten Tabanan I Gusti Putu Ekayana, usai rapat bersama para agen dan subagen migor, Jumat (3/6), mengungkapkan BUMDes jumlahnya mencapai 133 yang berada di masing-masing desa. BUMDes akan menjadi konsumen prioritas dari kalangan agen dan subagen migor kualitas curah dengan harga beli di bawah ketentuan HET.
“Itu merupakan hasil kesepakatan dalam rapat yang kami gelar dengan mengundang para agen penjualan migor di Kabupaten Tabanan. Ini sekaligus menindaklanjuti rapat sebelumnya yang dihadiri oleh bapak Sekda, Dandim 1619/Tabanan, Kapolres Tabanan, jajaran OPD terkait dan perwakilan BUMDes,” tuturnya.
Melalui peran BUMDes, migor kualitas curah akan lanjut dijual kembali ke masing-masing konsumen rumah tangga dengan harga sesuai HET yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp14.000 per liter atau Rp15.500 per kilogram. Pemantauan pelaksanaannya akan dikawal langsung oleh pihak Polres Tabanan, Kodim 1619/Tabanan, OPD terkait dan masing-masing camat.
Ekayana menjelaskan, upaya ini dilakukan dalam rangka mempersingkat distribusi migor curah ke konsumen yang sebelumnya diduga menjadi penyumbang munculnya disparitas harga di pasaran yang berada di atas HET, yakni berkisar Rp17.000 hingga Rp20.000 per kilogram di tingkat pedagang pengecer. “Kami minta masing-masing BUMDes mendata jumlah kebutuhan migor curah dalam sehari. Data tersebut nantinya jadi acuan pihak agen dan subagen memesan ke pihak distributor migor,” ujarnya.
Sementara itu, dalam rapat terkait pengendalian harga migor curah di pasaran yang digelar Kamis (2/6), terungkap bahwa masalah utama yang terjadi pada migor curah adalah terkait margin harga yang terlalu kecil. Selisih antara biaya produksi dan harga jual yang kecil dari produsen ke D1, dari D1 ke D2 dan seterusnya sampai ke pedagang membuat pedagang sulit menjual dengan harga sesuai HET kepada masyarakat. Apalagi pedagang yang jauh di pelosok membeli migor curah ke agen harus mengeluarkan biaya transportasi sehingga harga jual sampai ke masyarakat masih di atas HET.
Menurutnya, kalau rentang masih kecil dari produsen hingga ke pedagang, maka harga di lapangan pasti tetap tinggi. ‘’Hal itu harus diperhatikan oleh produsen. Kalau bisa harga jual di produsen lebih murah, saya yakin harga yang sampai ke masyarakat bisa menyesuaikan HET,” kilahnya. *man