Tabanan (bisnisbali.com) –Harga telur ayam di tingkat peternak melonjak hingga mencapai Rp1.533 per butir saat ini. Kondisi tersebut lantaran sejumlah peternak ayam petelur di tingkat lokal termasuk Kabupaten Tabanan mengurangi jumlah populasi sehingga berpengaruh pada produksi yang dihasilkan.
Peternak ayam petelur, Darma Susila, di Desa Buruan, Kamis (2/6), mengungkapkan saat ini harga telur di tingkat peternak secara nasional mengalami lonjakan. Peningkatan harga ini bukan dampak langsung melonjaknya harga pakan pabrikan dan pakan jagung produksi petani yang makin mahal belakangan ini.
Diterangkannya, kenaikan harga telur lebih dipengaruhi oleh menurunnya jumlah produksi telur di tingkat peternak untuk menekan biaya produksi. Kondisi ini diperparah lagi oleh sejumlah peternak yang bangkrut karena tidak kuat lagi bertahan akibat semakin mahalnya biaya produksi. “Biaya produksi makin mahal sejak sebelum pandemi dan tidak dibarengi naiknya harga produksi. Kondisi tersebut membuat banyak peternak bangkrut hingga memengaruhi jumlah produksi di peternak,” tuturnya.
Darma Susila menjelaskan, kenaikan harga pakan sudah terjadi dua tahun lalu secara bertahap. Terbaru terjadi sebulan lalu secara bertahap sehingga total kenaikan menyentuh Rp500.000 per sak. “Setiap minggu harga pakan naik Rp10.000 per kilogram hingga total kenaikan jadi Rp40.000 per kilogram atau Rp500.000 per sak saat ini. Sementara harga pakan jenis konsentrat saja sudah menyentuh Rp385.000 per sak sebelum pandemi,” ujarnya.
Akibatnya, kini permintaan pasar yang normal tidak mampu meredam lonjakan harga telur karena produksi telur di tingkat peternak jauh menurun dibandingkan sebelumnya. Saat ini rata-rata produksi atau isian kandang kalangan peternak ayam hanya berkisar 40 persen dari kapasitas yang ada.
“Harga telur di tingkat peternak yang berada di level Rp1.200 per butir bulan lalu naik menjadi Rp1.300 per butir dan terakhir menyentuh harga Rp1.533 per butir,” bebernya.
Kemungkinan lonjakan harga masih akan berlanjut, namun tidak akan melampaui harga Rp1.550 per butir. Sebaliknya, jika harga telur mengalami penurunan, kemungkinan hanya turun tipis hingga menyentuh Rp1.400 per butir.
Posisi harga saat ini sudah berada di atas BEP atau di level Rp1.400 per butir. Hanya, meski harga sudah di atas BEP, peternak belum bisa menikmati untung mengingat selisih harga jual dengan biaya produksi baru bisa menutupi utang atau kredit usaha yang rata-rata sudah direstrukturisasi oleh kalangan perbankan akibat kerugian sebelumnya.
Sementara itu, hasil monitor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tabanan mencatat, lonjakan harga telur ayam di tingkat sejumlah pedagang di pasar tradisional sudah terjadi sejak awal pekan minggu lalu. Harga telur ayam ras di tingkat pedagang naik dari Rp22.000 menjadi Rp24.000 per kilogram atau melonjak Rp2.000 per kilogram.
Lonjakan harga telur ayam ras berbanding terbalik dengan harga hasil peternakan yang mengalami penurunan pada periode sama. Harga daging sapi has dalam turun dari posisi Rp120.000 menjadi Rp110.000 per kilogram. Daging sapi has luar turun dari Rp110.000 menjadi Rp100.000 per kilogram. Harga daging sapi paha belakang turun dari Rp110.000 menjadi Rp100.000 per kilogram. *man