Gianyar (Bisnis Bali.com)-
Akibat wabah Foot and Mouth Disease (FMD) atau lebih dikenal dengan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sedang merebak di Luar Bali menyebabkan peternak babi panik tidak bisa memasarkan pasokan babi potong ke luar Bali. Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Provinsi Bali, Ketut Hari Suyasa Selasa (24/5) mengatakan dalam sebulan terakhir ada 12.000 ekor babi potong di Bali yang tidak bisa diantarpulaukan ke luar Bali.
Hari Suyasa mengungkapkan dalam kondisi pandemi masyarakat Bali sangat mengandalkan hasil dari peternakan dan kini kesulitan memasarkan pasokan babi karena kendala wabah PMK. Sekitar 60 persen dari 12.000 ekor babi yang tidak bisa diantarpulaukan merupakan produksi peternak di Gianyar.
Ia menjelaskan akibat PMK di luar Bali menyebabkan pengusaha dan peternak babi tidak bisa mengantarpulaukan babi melalui melalui jalur darat lewat Jawa Timur. Saat ini jalur darat tidak bisa dilakukan akibat wabah PMK di Pulau Jawa.
Suyasa memaparkan alasan pasokan babi tidak bisa melalui jalur darat karena pasokan babi dari Bali dianggap sebagai perantara PMK di Pulau Jawa akibat perpindahan ternak ini. GUPBI sempat memberikan solusi karena babi Bali bebas PMK akan melakukan spraying selama dalam perjalanan ke pasar Jakarta. ” Ini merupakan kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi sehingga pengiriman babi Bali ke Jawa melalui jalur darat tidak mendapatkan izin,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakannya, GUPBI sempat menjajagi pengiriman babi ke Jakarta melalui jalur laut. Biaya pengiriman babi melalui jalur laut diperhitungkan Rp 1 juta perekor. ” Biaya pengiriman melalui jalur laut sangat tinggi, belum termasuk biaya kirim dari pelabuhan ke lokasi pengiriman, selain itu belum ada kapal yang mau memfasilitasi pengiriman babi melalui jalur laut,” kilahnya.
Hari Suyasa menyampaikan sangat menyesalkan penutupan pengiriman antarpulau babi melalui jalur darat. Akibat tidak bisa diantarpulaukan menyebabkan peternak dihadapkan peningkatan biaya produksi karena penambahan beban biaya pakan. Di samping itu kualitas daging menurun karena penambahan lemak sementara pasar berharap daging babi yang rendah lemak. ” Ini membuat peternak menjerit karena kesulitan memasarkan babi ke Jawa dan ke Lampung karena wabah PMK di luar Bali ,” jelasnya.
Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Gianyar, I Made Raka didampingi Kabid Keswan Kesmavet, Made Santiarka mengatakan telah menerima masukan peternak babi dan peternak sapi akan sulitnya mengantarpulaukan ternak ke luar Bali khususnya ke Pulau Jawa. Hasil koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Bali, Balai Karantina telah memberikan kelonggaran pengiriman hewan melalui jalur laut.
Santiarka menambahkan melihat terjangkitnya wabah PMK di Pulau Jawa, Pengusaha dan Peternak babi di Gianyar diharapkan bisa memanfaatkan jalur laut melalui Pelabuhan Celukan Bawang untuk pengiriman babi ke Jakarta. *Kup