Denpasar (bisnisbali.com) –Kantor BPS Bali mencatat total perekonomian Bali pada triwulan I-2022 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat Rp55,24 triliun. Sementara bila diukur atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010, PDRB Bali tersebut tercatat Rp35,33 triliun.
Kepala BPS Bali, Hanif Yahya secara daring di Denpasar, Senin (9/5) mengatakan, PDRB Bali Rp35,33 triliun, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan IV-2021 yang tercatat sebesar Rp36,91 triliun. Penurunan tersebut menyebabkan ekonomi Bali pada triwulan I-2022 dibandingkan dengan triwulan IV-2021 (q-to-q) tercatat tumbuh negatif atau kontraksi sedalam 4,27 persen.
“Dari sisi produksi, kontraksi terdalam tercatat pada lapangan usaha kategori administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sedalam 27,44 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, kontraksi terdalam tercatat pada komponen pengeluaran konsumsi akhir pemerintah yaitu minus 58,90 persen,” katanya.
Hanif menerangkan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (y-on-y), ekonomi Bali triwulan I-2022 tercatat tumbuh sebesar 1,46 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi tercatat pada lapangan usaha kategori industri pengolahan sebesar 16,21 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi tercatat pada komponen ekspor luar negeri yaitu sebesar 79,78 persen.
Struktur ekonomi Bali dari sisi produksi, pada triwulan I-2022 masih didominasi oleh katagori penyediaan akomodasi dan makan minum yang tercatat berkontribusi sebesar 17,18 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, kontribusi terbesar tercatat pada komponen konsumsi rumah tangga yaitu 57,11 persen.
Lebih lengkap Hanif menjelaskan apabila dicermati berdasarkan kategori lapangan usaha yang mengalami penurunan tersebut, kontraksi ekonomi Bali yang terjadi pada triwulan I-2022 dipengaruhi oleh pola triwulanan yang terjadi setiap triwulan I. “Aktivitas pariwisata Bali secara siklusnya memasuki periode low season,” terangnya.
Kondisi yang sama terpantau pada aktivitas pertanian yang kembali memasuki masa tanam setelah berlalunya musim panen pada triwulan sebelumnya. Kemudian, dari sisi belanja pemerintah cenderung belum optimal direalisasikan pada awal tahun. Selain pengaruh pola triwulanan, perlu diingat juga bahwa pada triwulan I-2022 sempat terjadi lonjakan penambahan kasus harian positif Covid-19. Tepatnya pada bulan Februari 2022 yang mencapai angka tertinggi sebanyak 2.556 kasus dalam sehari.
Kondisi tersebut menyebabkan pembatasan aktivitas melalui pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) kembali ditingkatkan. Kendati tidak berlangsung penuh selama satu triwulan, hal tersebut kiranya berpengaruh terhadap penurunan aktivitas pada sejumlah kategori lapangan usaha di Bali pada triwulan I-2022. *dik