Minggu, November 24, 2024
BerandaBaliSubsidi BBM dan Elpiji Agar Harga Tetap Terjangkau

Subsidi BBM dan Elpiji Agar Harga Tetap Terjangkau

Pemerintah memberikan subsidi besar untuk dua jenis bahan bakar minyak (BBM), yaitu solar dan pertalite serta elpiji kemasan 3 kilogram agar harga tetap terjangkau karena pemanfaatannya untuk konsumen masyarakat bawah.

Denpasar (bisnisbali.com) – Pemerintah memberikan subsidi besar untuk dua jenis bahan bakar minyak (BBM), yaitu solar dan pertalite serta elpiji kemasan 3 kilogram agar harga tetap terjangkau karena pemanfaatannya untuk konsumen masyarakat bawah. Pengamat energi Komaidi Notonegoro dilansir dari Antara di Denpasar, Minggu (10/4) mengatakan, harga jual solar dan pertalite yang menjadi BBM penugasan serta elpiji 3 kg merupakan domain pemerintah. “Untuk Pertalite kemungkinan pertimbangan karena volumenya cukup besar jadi ada kehati-hatian dari Pemerintah untuk menaikkan harganya,” katanya.

Subsidi solar sebesar Rp7.800 per liter dari harga beli masyarakat sebesar Rp5.150 per liter, subsidi Pertalite Rp4.000-Rp4.500 per liter dari harga yang diterima konsumen Rp7.650 per liter. Sedangkan subsidi elpiji 3 kg sebesar Rp12.450 per kg atau Rp33.750 per tabung dari harga yang diterima konsumen sebesar Rp20 ribuan per tabung.

Komaidi menegaskan, harga jual solar, pertalite dan elpiji 3 kg yang disubsidi pemerintah masih di bawah harga keekonomian. Harga keekonomian BBM pada tiap-tiap negara bisa berbeda. Hal ini disebabkan perbedaan pada biaya pengolahan, biaya distribusi, biaya penyimpanan, margin usaha, dan pajak BBM pada masing-masing negara.

Harga keekonomian BBM adalah harga jual BBM yang telah mengakomodasi semua variabel pembentuk harga. Ada pun variabel pembentuk harga jual BBM adalah biaya bahan baku, biaya pengolahan, biaya distribusi, biaya penyimpanan, margin usaha, dan pajak. “Kenapa, misalnya, harga BBM di Malaysia lebih murah dibandingkan Indonesia, karena subsidi yang diberikan pemerintah terhadap warganya juga berbeda,” ujarnya.

Berdasarkan data, harga BBM di Indonesia termasuk sebagai salah satu yang termurah di regional. Harga BBM Indonesia hanya tercatat lebih tinggi dibandingkan Malaysia karena pemerintah Malaysia memberlakukan kebijakan subsidi untuk BBM yang dijual di dalam negeri mereka.

“Untuk RON 95, Malaysia menetapkan Rp6.965 per liter. Indonesia setara Rp16.500, lebih murah ketimbang Singapura Rp30.208, Thailand Rp19.767 per liter, Filipina Rp20.828 per liter, Vietnam Rp18.647 per liter, dan Kamboja Rp20.521 per liter,” katanya.

Harga BBM Indonesia menggunakan rujukan Permen ESDM No.20/2021 tentang Perhitungan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Harga BBM RON 92 (jenis BBM umum) dihitung menggunakan formula biaya perolehan (bahan baku & pengolahan) + biaya distribusi + biaya penyimpanan +margin usaha + PPN + PBBKB. “Berdasarkan formulasi tersebut harga keekonomian BBM RON 92 saat ini berada pada kisaran Rp15.000 – Rp17.000 per liter,” ujarnya.

Namun, Pertamina menetapkan harga jual BBM RON 92 atau Pertamax per 1 April 2022 sebesar Rp12.500 setelah hampir tiga tahun lamanya tidak mengalami penyesuaian. Kenaikan tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, terutama harga minyak mentah dunia dan kurs dolar AS terhadap mata uang rupiah serta daya beli masyarakat. Padahal, beberapa pesaing Pertamina berkali-kali menaikkan harga, termasuk terakhir pada pertengahan pekan ini.

Hingga akhir pekan ini, Pertamax adalah satu-satunya BBM RON 92 paling murah harganya. Sementara badan usaha lain kembali menaikkan harga BBM RON tersebut. Vivo misalnya, menaikkan Revvo 92 (RON) 92 menjadi Rp12.900 dan BP 92 (RON 92) yang dijual di SPBU BP-AKR Rp12.990. Adapun V-Power (RON 92) Shell dijual Rp16.500 per liter.

Hans Kwee, analis komoditas yang juga Direktur Ekuator Swarna Investama, mengatakan wajar bahwa harga BBM termasuk juga elpiji, saat ini dalam tren naik karena kedua komoditas tersebut mengalami gangguan pasokan akibat geopolitik global. Sebagian besar kenaikan akhir-akhir ini karena perang di Ukraina di mana negara anggota NATO mengurangi pembelian gas dan minyak Rusia dan mencari sumber lain.

Hans mengapresiasi sikap pemerintah dan Pertamina yang tidak menaikkan harga Biosolar, Pertalite dan elpiji 3 kg. Pasalnya, ketiga komoditas tersebut dikonsumsi masyarakat kelas menegah ke bawah dan dipakai untuk transpostasi publik dan barang dan jasa. “Bila tiga komponen ini naik, inflasi akan naik tinggi dan daya beli masyarakat kelas menegah ke bawah akan sangat terganggu,” ujarnya. *rah

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer