Denpasar (bisnisbali.com) –Puluhan ribu keping filateli dipamerkan di Gedung Dharma Negara Alaya, Kota Denpasar. Dari koleksi yang dipamerkan terdapat prangko tertua yakni tahun 1864. Pameran yang dikemas dalam Denpasar Philately Exhibition (Denphex) digelar mulai Selasa (29/3) hingga 2 April mendatang.
Ketua Perkumpulan Filateli Bali Gede Ngurah Surya Hadinata mengatakan, meskipun sudah masuk era digital, filateli masih tetap eksis. Bahkan, selalu ada keluaran baru setiap tahunnya. ‘’Pameran diikuti oleh 40 orang kolektor. Koleksi yang dipamerkan paling tua tahun 1864 sampai 2022,” ungkapnya.
Banyak tema yang dipamerkan. Mulai dari tema Mahabharata, Ramayana, surat-surat Hindia Belanda, Bali tempo dulu, hingga filateli bertema politik. ‘’Sudah ada prangko yang memecahkan rekor. Satu kepingnya bernilai sampai miliaran rupiah. Bahkan, ada yang menyentuh harga Rp8 miliar,” tuturnya.
Sementara untuk di Indonesia, satu keping prangko termahal dijual dengan harga Rp2 miliar. Sejak pandemi Covid-19, secara umum kegiatan pelelangan prangko mulai turun, tetapi secara nilai tetap tinggi. ‘’Prangko merupakan benda seni, perekam sejarah dan investasi. Tujuan kami bagaimana nilai-nilai positif dari filateli ini dikenal oleh generasi muda,” imbuh Ngurah Surya Hadinata.
Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara dalam sambutannya saat membuka pameran menyampaikan, banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa prangko bukan hanya berperan sebagai pelengkap dalam pengiriman surat-menyurat. Lebih dari itu, prangko dapat merepresentasikan kekayaan suatu bangsa, baik itu kekayaan alamnya, seni budaya, maupun sejarah yang dimiliki oleh bangsa tersebut.
Selain dapat menjadi benda koleksi bernilai tinggi, prangko juga bisa dijadikan sarana ekshibisi persahabatan filatelis antardaerah bahkan antarnegara. “Karena di balik keindahan serta nilai intrinsik yang dimiliki oleh sebuah prangko, dapat mencerminkan jati diri suatu bangsa,” terangnya. *wid