Suku Bunga Perbankan Alami Penurunan

Bank Indonesia menginformasikan suku bunga perbankan terus mengalami penurunan didukung oleh suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah. Di pasar uang dan pasar dana, suku bunga IndONIA dan suku bunga deposito 1 bulan perbankan telah menurun, masing-masing sebesar 2 bps dan 106 bps sejak Februari 2021 menjadi 2,79 persen dan 2,82 persen pada Februari 2022.

253
KREDIT UMKM - Pertumbuhan kredit UMKM meningkat sebesar 14,32 persen pada Februari 2022 seiring menurunnya persepsi risiko kredit. (foto/eka adhiyasa)

Denpasar (bisnisbali.com) – Bank Indonesia menginformasikan suku bunga perbankan terus mengalami penurunan didukung oleh suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah. Di pasar uang dan pasar dana, suku bunga IndONIA dan suku bunga deposito 1 bulan perbankan telah menurun, masing-masing sebesar 2 bps dan 106 bps sejak Februari 2021 menjadi 2,79 persen dan 2,82 persen pada Februari 2022.

Di pasar kredit, suku bunga kredit baru lebih rendah 30 bps (yoy) pada periode yang sama, sejalan dengan perbaikan persepsi risiko perbankan di tengah berlanjutnya pemulihan aktivitas ekonomi. Bank Indonesia memandang peran perbankan dalam penyaluran kredit/pembiayaan termasuk melalui penurunan suku bunga kredit dapat ditingkatkan guna semakin mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Bank sentral juga mencatat ketahanan sistem keuangan tetap terjaga dan intermediasi perbankan melanjutkan perbaikan secara bertahap. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio / CAR) perbankan Januari 2022 tetap tinggi sebesar 25,78 persen, dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan / NPL) tetap terjaga, yakni 3,10 persen (bruto) dan 0,88 persen (neto). Intermediasi perbankan pada Februari 2022 melanjutkan perbaikan dibandingkan bulan sebelumnya dengan kredit tumbuh sebesar 6,33 persen (yoy).

Pertumbuhan kredit terjadi di berbagai kelompok bank, segmen kredit, dan sektor ekonomi, seiring berlanjutnya pemulihan aktivitas korporasi dan rumah tangga. Pemulihan kinerja korporasi terus berlanjut, yang tercermin dari perbaikan penjualan, kemampuan membayar, dan belanja modal. Sementara itu dari sisi penawaran, standar penyaluran kredit terus melonggar terutama di sektor industri dan perdagangan, seiring menurunnya persepsi risiko kredit. Pertumbuhan kredit UMKM juga meningkat sebesar 14,32 persen pada Februari 2022 (yoy).

Sementara itu normalisasi kebijakan likuiditas melalui kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah secara bertahap berlangsung tanpa mengganggu kondisi likuiditas perbankan. Penyesuaian secara bertahap Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah tahap I dan pemberian insentif GWM sejak 1 Maret 2022 menyerap likuiditas perbankan sekitar Rp 55 triliun secara neto.

Penyerapan likuiditas tersebut tidak mengurangi kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit/ pembiayaan kepada dunia usaha dan partisipasi dalam pembelian SBN untuk pembiayaan APBN. Pada Februari 2022, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi mencapai 32,72 persen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 11,11 persen (yoy).

Sementara itu, dalam rangka koordinasi fiskal-moneter sebagaimana tertuang dalam Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia yang berlaku hingga 31 Desember 2022, Bank Indonesia melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2022 dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp 8,76 triliun (hingga 15 Maret 2022) melalui mekanisme lelang utama dan greenshoe option. Pembelian SBN tersebut telah mempertimbangkan kondisi pasar SBN dan dampaknya terhadap likuiditas perekonomian.

Pada Februari 2022, likuiditas perekonomian juga tetap longgar, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh masing-masing sebesar 18,3 persen (yoy) dan 12,5 persen (yoy), terutama didukung oleh berlanjutnya peningkatan kredit perbankan dan ekspansi fiskal.*dik