Tabanan (bisnisbali.com) –Harga minyak goreng (migor) kemasan yang dibanderol sejumlah pedagang di pasar tradisional di Tabanan kembali naik. Ironisnya, lonjakan harga yang menyentuh Rp16.000 per liter ini dibarengi seretnya pasokan dari distributor, sehingga stok di pasar tradisional terbatas.
Sebelumnya harga migor kemasan di tingkat pedagang di pasar tradisional turun menyentuh Rp15.000 per liter pada pekan lalu dari posisi Rp19.000 per liter – Rp20.000 per liter. Dengan kembali melonjaknya harga, praktis migor kemasan diperdagangkan jauh di atas HET sesuai aturan pemerintah per 1 Februari 2022. Harga jual migor curah di pasaran saat itu ditetapkan sebesar Rp11.500 per liter, migor kemasan sederhana seharga Rp13.500 per liter, dan migor kemasan premium Rp14.000 per liter.
Pengawas Perdagangan Ahli Muda Disperindag Tabanan, Nurhayati, Selasa (15/3), mengungkapkan bahwa hasil monitoring pihaknya ke sejumlah pasar tradisional di Tabanan, harga migor kemasan yang dijual para pedagang melonjak ke angka Rp16.000 per liter. Menurut para pedagang, lonjakan tersebut akibat pasokan migor kemasan ke pedagang masih seret dari para distributor, sehingga mereka (pedagang) mengalihkan pembelian stok barang di tempat lain (di luar distributor). “Di luar distributor, harga migor kemasan yang dibeli para pedagang berada di kisaran Rp15.000 per liter, sehingga mereka jual ke pasaran menjadi Rp16.000 per liter,” tutur Nurhayati.
Sebenarnya awal Maret lalu, migor kemasan dari para distributor masing-masing merk ini mulai lancar ke para pedagang di pasar tradisional sehingga harganya turun. Namun sekarang tampaknya kembali seret sehingga harganya kembali naik. Nurhayati menyebut saat ini harga migor kemasan yang naik ke Rp16.000 per liter ini rata-rata merupakan merek kemasan biasa dan stok di tingkat pedagang hanya berkisar dua dus (per dus isi 10 liter).
“Migor kemasan yang biasa saja sudah naik ke Rp16.000 per liter. Apa lagi harga migor kemasan yang bermerek, kemungkinan jauh lebih mahal dan tidak sampai masuk ke pasar tradisional. Kurang tahu juga apa penyebabnya,” tegas Nurhayati.
Selain mendapati harga migor kemasan yang mengalami lonjakan, hasil monitoring juga mencatat sejumlah harga bahan pangan yang juga melonjak daripada sebelumnya. Di antaranya terjadi pada cabai rawit merah besar yang harganya naik dari Rp35.000 per kg menjadi Rp40.000 per kg, cabai rawit merah dari posisi Rp55.000 per kg naik menjadi Rp60.000 per kg, bawang putih dari posisi Rp24.000 per kg naik menjadi Rp27.000 per kg. Lonjakan juga terjadi pada komoditi gula pasir dari posisi Rp14.000 per kg naik menjadi Rp15.000 per kg.
Nurhayati menyebut untuk lonjakan harga bahan pangan ini dipicu sejumlah komoditi yang belum memasuki musim panen dan dipengaruhi musim hujan, sehingga membuat pasokan di tingkat petani menurun dibanding sebelumnya. Meski begitu, tambahnya, lonjakan harga bahan pangan ini tidak sama seperti kondisi migor kemasan yang sampai menimbulkan kelangkaan. “Stok barang bahan pangan di pasaran masih ada, cuma memang harganya sedikit naik,” tandas Nurhayati. *man