Denpasar (bisnisbali.com) – Peluncuran peta jalan ekonomi “Kerthi Bali”: Hijau, Tangguh, Sejahtera oleh Bappenas dan Gubernur Provinsi Bali, Bapak I Wayan Koster, yang selaras dengan kearifan lokal Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” merupakan jawaban akan transformasi ekonomi Bali jangka menengah dan panjang, serta menata ekonomi Bali pasca pandemi Covid-19. Menindaklanjuti hal ini, penguatan dan pendokumentasian budaya dan warisan lokal perlu dilakukan, salah satunya adalah Budaya Tenun Endek Bali.
Untuk mendukung program tersebut, Business and Export Development Organization (BEDO), menggelar program Kebaya (Kuat Ekonomi Berdaya) tahan II yang didukung penuh PT HM Sampoerna Tbk. melalui payung program tanggung jawab sosial lingkungan Sampoerna Untuk Indonesia (SUI), di Denpasar, Kamis (10/3).
Program Kebaya tahap II ini bertujuan mendampingi UMKM Tenun Endek dan Pemuda/Pemudi Banjar setempat di lima kabupaten di Bali, untuk penguatan pemasaran era digitalisasi. UMKM akan menyiapkan produk dengan kualitas yang konsisten dan cara kerja yang aman dan nyaman, sedangkan pemuda/pemudi Banjar membantu memasarkan produk Tenun dengan social media dan marketplace.
“Selain itu pembuatan buku Tenun Endek Bali dengan QR Code akan bermanfaat untuk dokumentasi motif Tenun Endek Bali dan masyarakat (pembaca buku) bisa mengakses penenun langsung dengan QR code yang ada di tiap motif yang ditampilkan,” ungkap Ketua Yayasan BEDO, Jeff Kristianto di Denpasar, Kamis (10/3).
Menurutnya banyak motif kreasi tenun endek Bali yang ditiru dan diproduksi di luar Bali, sehingga popularitas tenun endek Bali tidak dirasakan manfaatnya oleh pencipta motif tersebut. Dalam Kick Off Program Kebaya Tahap II ini, juga dilaksanakan Workshop Hybrid dengan judul “Belajar Dari Jauh : Tenun Ikat Bali – Uzbek – Tajikistan”.
Workshop ini menghadirkan narasumber dari Indonesia dan mancanegara, yaitu Mr. Abdulloh Mirzaahmedov, dari Margilan Crafts Development Center, Uzbekistan, merupakan produser ikat generasi ke-9 di Uzbekostan, Ms. Nigina Ikromi, National Coordinator RUTSIS Project Tajikistan, Ms. Nadezhda Zdravkova, dari IKAT Connection, merupakan pakar internasional dalam industri kreatif Asia Tengah, dr. Luh Wayan Sriadi, Founder Tenun Putri Mas, usaha tenun di Jembrana, Bali, dengan 50 orang anggota penenun; dengan moderator Adinindyah, Co-Founder LAWE, sebuah usaha sosial bermisi pelestarian tenun tradisional Indonesia dan pemberdayaan perempuan, yang juga anggota BEDO.
Kegiatan ini juga dapat diikuti secara daring melalui dan juga dapat dihadiri langsung di Gedung Serba Guna Universitas Ngurah Rai, Denpasar Timur. Acara ini berjalan secara daring dari empat titik, yaitu Bali-Indonesia, Dushanbe-Tajikistan, Khudjand- Tajikistan dan Margilan- Uzbekistan, dengan tujuan bertukar ilmu mengenai produksi, desain dan teknik Ikat dari Asia Tengah dan Bali, serta untuk mempromosikan kolaborasi antara produsen dan untuk membuat kontak bisnis.
Diharapkan acara ini dapat membuka wawasan baru tentang tenun ikat dari berbagai negara, sehingga generasi muda Indonesia dapat memahami kekuatan & kelemahan ikat Bali dibandingkan dengan yang lain, untuk membantu para penenun memasuki pasar digital. Asia Tengah memiliki tenun ikat dan memiliki kemiripan dengan Ikat Bali “Endek”, namun memiliki corak warna yang berbeda.
Peserta talkshow akan mencakup 100 produsen tenun ikat dan organisasi bisnis untuk ekspor kerajinan dari Asia Tengah dan Bali, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, serta tamu kehormatan seperti Duta Besar Indonesia di Tajikistan dan Ketua Dekranasda Bali, dan Dewan Kerajinan Bali.
Kegiatan ini diselenggarakan atas kerja sama antara Program Tenun Kebaya (Tenun untuk Kuat Ekonomi Berdaya) yang didukung penuh oleh Sampoerna Untuk Indonesia (SUI), dan dilaksanakan oleh BEDO dengan project “Reviving Uzbekistan’s and Tajikistan’s Sustainable Ikat and Silk” (RUTSIS), yang diimplementasikan dalam Program Switch-Asia, didanai oleh Uni Eropa. “Program Kebaya Tahap II, dilakukan hanya di Bali, dengan fokus pada Tenun Endek Bali. Program ini bermitra dengan Dekranasda Provinsi Bali,” tandas Jeff Kristianto.
Sebelumnya BEDO juga telah menggelar kegiatan serupa di Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali pada 2021. KEBAYA Tahap I ini berhasil membentuk kelompok wirausaha perempuan dan kelompok usaha PKK, melalui kegiatan PASAR IBU di ratusan kecamatan, yang masih aktif sampai saat ini. Mereka saling bantu memasarkan produk kelompok dan produk UMKM di area sendiri, dan juga memasarkan melalui jejaring toko kelontong SRC (Sampoerna Retail Community). *rah