Uji Coba Bebas Karantina, Percepat Pemulihan Ekonomi Bali

Kebijakan uji coba bebas karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) masuk Bali yang mulai berlaku Senin (7/3) memberi angin segar bagi pariwisata Bali.

355
IB Raka Suardana

Denpasar (bisnisbali.com) –Kebijakan uji coba bebas karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) masuk Bali yang mulai berlaku Senin (7/3) memberi angin segar bagi pariwisata Bali. Hal tersebut juga didukung dengan pergerakan penerbangan internasional yang masuk ke Bali. Ini diharapkan dapat membawa multiplier effect (efek pengganda) positif serta mempercepat pemulihan ekonomi Bali.

Pengamat Ekonomi Prof. Dr. IB Raka Suardana, S.E., M.M. saat dihubungi Senin (7/3) kemarin, mengatakan, dengan kebijakan tanpa karantina serta telah beroperasinya penerbangan jalur internasional menunjukan tanda-tanda dunia pariwisata dan aviasi sudah mulai hidup. “Jika kondisinya terus kondusif dan membaik seusai uji coba bebas karantina, serta pandemi dapat dimanajemeni dengan baik, dimana sarat perjalanan (mobilitas) yang tidak begitu ketat, maka tidak mustahil perbaikan pertumbuhan ekonomi Bali bisa pulih lebih cepat, meski tidak seperti sebelum adanya pandemi,” ujarnya.

Demikian dikatakannya, selama ini ekonomi Bali PDRB-nya didominasi oleh sektor tersier (sektor jasa, khususnya jasa pariwisata) sekitar 68,68 persen. Meskipun saat ini pemerintah Bali sudah membuat perencanaan yang matang dalam mentransformasikan ekonomi Bali di luar sektor pariwisata, tapi proses untuk shifting (bergeser) itu memerlukan waktu, tidak bisa serta merta dalam kurun waktu cepat 1 atau 2 tahun.

Prediksi Bank Indonesia terkait pulihnya perekonomian Bali paling cepat di tahun 2024, bisa saja dipercepat dengan kondisi yang terus kondusif.  “Syarat agar hal itu bisa terwujud adalah masyarakat Bali harus tetap disiplin dalam menjalankan prorokol kesehatan (prokes), jangan abai dan jangan menganggap remeh. Demikian juga stakeholder yang lain, berkewajiban menjaga kondusifitas agar para wisatawan yang berkunjung merasa aman dan nyaman, serta tidak takut dalam menjalankan aktivitas wisatanya selama berada di Pulau Bali,” ujar Prof Raka.

Di samping itu, gejolak perang di Eropa antara Rusia dengan Ukrain menurutnya, bisa jadi pertanda baik baik bagi industri pariwisata di Asia Tenggara yang letaknya jauh, termasuk Indonesia, asal perangnya tidak merambah ke mana-mana.

“Kita tahu bahwa para pelancong yang selama 2 tahun tak bisa kemana-mana, umumnya memiliki hasrat untuk berkelana akibat terkekang selama ini. Itulah yang harus dimanfaatkan secara baik oleh para pelaku industri pariwisata,” imbuhnya. *wid