Sabtu, November 23, 2024
BerandaBaliPerekonomian Masyarakat Turun, Raihan Laba PAM TS Berkurang

Perekonomian Masyarakat Turun, Raihan Laba PAM TS Berkurang

Pandemi Covid-19 membuat Perusahaan Air Minum Tirta Sanjiwani (PAM TS) mengalami penurunan perolehan laba dari Rp1,5 miliar tahun 2020 menjadi Rp1,1 miliar pada 2021.

Gianyar (bisnisbali.com)-Pandemi Covid-19 membuat Perusahaan Air Minum Tirta Sanjiwani (PAM TS) mengalami penurunan perolehan laba dari Rp1,5 miliar tahun 2020 menjadi Rp1,1 miliar pada 2021. Untuk mengetahui penyebab berkurangnya raihan laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemkab Gianyar tersebut, Komisi III DPRD melakukan monitoring dan evaluasi (monev) guna menelusuri kinerja PAM TS.

Ketua Komisi III DPRD Gianyar Putu Gede Pebriantara, Kamis (17/2), mengatakan pihaknya melakukan monev ke PAM TS untuk mengetahui kinerja, kendala, masalah dan pendapatan perusahaan daerah ini di tengah pandemi. Salah satu masalah yang dihadapi PAM TS adalah kemampuan membayar pelanggannya. ‘’Ini berdampak pada penurunan penggunaan air dan meningkatnya jumlah pelanggan yang menunggak membayar tagihan. Hal ini wajar karena pandemi menyebabkan perekonomian masyarakat menurun,” ucapnya.

Dipaparkannya, PAM TS memiliki aset Rp125 miliar. Tahun 2020 meraih laba Rp1,5 miliar dan pada 2021 turun menjadi Rp1,1 miliar. Penurunan raihan laba ini bersifat sementara karena akan kembali normal saat situasi membaik setelah pandemi.

Terkait masyarakat yang masih menunggak, anggota Komisi III DPRD Gianyar minta agar PAM TS melakukan pendekatan dan pemunggutan secara humanis. Misalnya dengan memberikan kelonggaran atau menghapus denda sehingga piutang perusahaan dapat ditagih dan masyarakat dalam hal ini pelanggan mampu membayar.

Sementara itu, air minum dalam kemasan (AMDK) kapasitas produksinya belum maksimal karena baru diluncurkan Mei 2021. Di samping itu masih ada kendala SDM karena membutuhkan penyesuaian dan perlunya tambahan modal untuk meningkatkan produksi. Modal terbatas sehingga hanya bisa berproduksi 40 persen dari kapasitas maksimal.

“Selama enam bulan berjalan AMDK dengan produk ‘Be Gianyar’ baru mampu medatangkan pendapatan penjualan Rp1,5 miliar lebih. Padahal di tataran pelanggan, air minum ini sudah mulai dikenal dan permintaannya lumayan meningkat,’’ jelas Gede Pebriantara.

Sehubungan masalah yang dihadapi AMDK, Komisi III DPRD Gianyar dan PAM TS sepakat mengarahkan konsumen untuk beralih dari air minum kemasan botol plastik ke galon. Sebab, biaya produksi air minum botol plastik lebih mahal yaitu botolnya, bukan airnya. “Kalau konsumen bisa beralih ke penggunaan galon isi ulang, biaya botolnya 0 persen sehingga modal produksinya rendah,” tambahnya. *kup

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer