Tabanan (bisnisbali.com) –Kabupaten Tabanan mengalami penurunan surplus beras pada total produksi tahun 2021. Itu tercermin dari pencapaian surplus beras yang hanya sebesar 48.614 ton atau turun dari posisi 50.000 ton yang terjadi pada 2020 lalu.
Data di Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan terkait realisasi tanam, panen, provitas dan produksi padi tahun 2021 mencatat total luas panen bersih mencapai 36.864 hektar. Ini disumbang dari produksi subround I (Januari–April) seluas 11,246 hektar, subround II (Mei-Agustus) 12.492 hektar dan subround III (September–Desember) 13.126 hektar. Sementara luas tanam bersih mencapai 37.822 hektar tahun 2021 yang disumbang dari luas tanaman subround I mencapai 14.399 hektar, subround II sluas 11.783 hektar dan subround III sekitar 11.640 hektar.
Penyuluh Pertanian Ahli Muda Dinas Pertanian Tabanan I Gusti Ngurah Ketut Wicahyadi, S.P., Rabu (16/2), mengungkapkan tahun 2021 lalu total produksi beras di Kabupaten Tabanan masih mengantongi surplus. Hanya, mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di kisaran 50.000 ton ke atas. “Surplus diketahui dari produksi padi yang sudah dijadikan beras, kemudian dikurangi jumlah kebutuhan konsumsi dan nonkonsumsi (cadangan kebutuhan efektif),” tuturnya.
Ia menguraikan hitungan surplus beras tahun 2021. Menurutnya, ketersediaan beras sebanyak 105.177 ton, sedangkan kebutuhan beras konsumsi 51.421 ton dan nonkonsumsi 5.142 ton. Dengan demikian terjadi surplus beras sebanyak 48.614 ton.
Ada berbagai faktor yang memengaruhi penurunan surplus beras pada 2021 lalu. Di antaranya disebabkan oleh puso atau gagal panen yang terjadi di hampir semua kecamatan sentra produksi, kecuali di Kecamatan Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Tabanan, Kecamatan Marga dan Kecamatan Pupuan.
Luas puso mencapai 221 hektar. Terbanyak di Kecamatan Penebel mencapai 98 hektar, disusul Kecamatan Kediri 88 hektar, Kecamatan Baturiti 14 hektar, Kecamatan Kerambitan 11 hektar dan Kecamatan Selemadeg Timur 10 hektar. Puso dipicu oleh serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tikus.
Ketut Wicahyadi melanjutkan, penurunan surplus beras juga dipicu oleh berkurangnya luas tanam padi karena adanya penambahan luas tanam jagung, kedelai dan bawang merah bantuan pemerintah pusat dalam rangka memenuhi kebutuhan komoditas secara nasional. Penambahan luas tanam jagung salah satunya terjadi di Kecamatan Selemadeg Timur.
“Penanaman jagung ini sekaligus menyikapi kondisi kemarau yang panjang. Petani di sana mengalihkan penanaman padi ke jagung dan ternyata hasil dan harga jualnya cukup bagus atau menguntungkan petani,” paparnya. *man