Denpasar (bisnisbali.com)-Sebagai daerah yang mengandalkan pariwisata, Bali sangat terdampak pandemi Covid-19. Begitu pula IKM dan UMKM Bali sangat merasakan dampak pandemi yang membuat para perajin seperti mati suri. Pameran menjadi salah satu upaya membantu perajin sekaligus meningkatkan kualitas SDM para perajin.
Ketua Dekranasda Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster memaparkan hal itu saat menerima kunjungan kerja Ketua Dekranasda Kabupaten Kampar, Riau, dalam Pameran IKM Bali Bangkit Tahap 1 Tahun 2022 di areal Taman Budaya Denpasar, Selasa (8/2) malam.
Menyikapi hal tersebut, Dekranasda Provinsi Bali sebagai wadah yang membina dan membimbing para perajin, melakukan beragam upaya agar para perajin tidak patah semangat dan terus berkarya di tengah hantaman pandemi Covid-19. “Di masa pandemi ini, Dekranasda merangkul para perajin untuk berpameran secara bergilir di areal Taman Budaya ini. Para perajin tidak dikenakan biaya sama sekali atau dengan kata lain gratis,” ungkapnya.
Sambil berpameran, Dekranasda mendidik dan menyosialisasikan kepada perajin terkait bagaimana menjaga kualitas produk, transaksi digital serta upaya meningkatkan kualitas SDM perajin. Pihaknya juga terus mengedukasi para perajin untuk menjaga kualitas kerajinan, melakukan inovasi, mengembangkan produk sekaligus melaksanakan tugas utama yaitu melestarikan warisan leluhur. “Dekranasda pun mengingatkan para pelaku UMKM untuk menjual produk kerajinan dengan harga yang pantas. Tidak menekan perajin dengan harga murah dan menjual dengan harga tinggi,” terangnya.
Wanita yang akrab dipanggil Bunda Putri itu menyampaikan berbagai permasalahan dihadapi para perajin di Bali. Salah satunya adalah kain tradisional endek Bali memiliki motif yang khas, unik dan kualitasnya sangat bagus. “Namun, belakangan banyak kain endek yang beredar di pasaran dikerjakan di luar Pulau Bali,” kilahnya.
Hal ini tidak hanya menyebabkan hilangnya pekerjaan para perajin di Bali, tetapi juga melemahkan perekonomian. Untuk itu, sangat penting kain tenun tradisional diproduksi di daerah asalnya. Kain tenun endek Bali ditenun atau diproduksi di Bali dan nantinya boleh dijual dan dipakai oleh siapa saja. “Dengan demikian para perajin kita akan sejahtera dan warisan leluhur terjaga,” beber Ny. Putri Koster.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Kabupaten Kampar Ny. Hj. Muslimawati Catur dalam sambutannya menyatakan kekagumannya akan kreativitas dan kekayaan kerajinan yang dimiliki Pulau Dewata. Tidak mengherankan jika kerajinan Bali sangat terkenal hingga mancanegara.
“Meskipun di daerah kami di Kabupaten Kampar, masyarakat utamanya bergerak dalam bidang perkebunan dan minyak, kami sangat ingin mengembangkan potensi kerajinan yang ada di daerah kami. Salah satunya dilakukan dengan belajar dari Bali sehingga kerajinan di Kabupaten Kampar bisa lebih berkembang dan maju,” paparnya. *wid