I MADE Sunata adalah salah satu dari sekian banyak pekerja terutama yang bergelut di dunia pariwisata yang terkena imbas pandemi Covid-19. Ia dulunya adalah seorang chef di sebuah hotel di Bali yang kemudian dirumahkan dan memutuskan berhenti secara resmi dari pekerjaannya pada 2021 lalu. Berjualan pizza menjadi pilihannya untuk menyambung hidup.
Berawal dari mencoba jualan pizza rumahan yang menfaatkan jasa aplikasi dan promosi dari mulut ke mulut, pria asli Denpasar ini pun memberanikan diri membuka sebuah bar dengan nekat mengambil kredit. “Dulu di rumah khusus jual pizza dan pasta. Ada yang pesan di rumah, minimal 10 pizza terjual per hari. Jualan dari mulut ke mulut dan lewat aplikasi dibantu anak,” tuturnya.
Sunata mulai mengembangkan usahanya dengan membuka sebuah bar. Dibantu sang anak dan satu karyawan, ia menambah varian menu yang dijual yaitu Chinese Food dan beberapa pilihan minuman. Meski penjualan di bar kerap terganggu PPKM, dia mengaku dalam sehari bisa menghasilkan Rp500.000 hingga Rp1 juta. ‘’Berjualan pizza dan pasta sudah menjadi cita-cita saya jelang pensiun. Astungkara terpenuhi meskipun keduluan karena Covid-19,” terangnya.
Dalam membuat pizza, ia menggunakan resep sendiri berkat pengalaman cukup lama sebagai chef. Bahannya didapatkan dari supplier hotel dengan harga sesuai permintaannya agar tidak terlalu tinggi. “Supaya di sini saya bisa jual sesuai lingkungan lokasi usaha saya. Tidak mungkin saya jual pizza dengan harga market bule. Jadi, bisa dibilang ini pizza bintang lima, harga kaki lima. Saya meracik pizza ini seperti racikan pizza saya di hotel,” jelasnya.
Ia menyediakan tujuh jenis pizza, salah satunya ada yang menggunakan daging babi dan sambal mentah. Harganya mulai dari Rp35.000 sampai Rp50.000 per porsi. Sementara cocktail mulai dari harga Rp15.000 hingga Rp30.000. Selain itu, ada menu makanan lain seperti nasi goreng, mie goreng serta minuman kopi, mocktail, jus dan milkshake. *wid