Harga di Atas BEP, Peternak Ayam Sambut Dingin

Harga ayam potong di tingkat peternak terus bergerak naik hingga menyentuh Rp 26.000 per kilogram.

269
AYAM POTONG - Produksi ayam potong pada salah satu peternak di Kabupaten Tabanan.

Tabanan (bisnisbali.com)–Harga ayam potong di tingkat peternak terus bergerak naik hingga menyentuh Rp 26.000 per kilogram. Bahkan, sempat berada di level Rp 27.000 per kilogram sekaligus menjadi harga tertinggi yang pernah ada. Menariknya, meski harga jual bagus dan berada di atas Break Even Point (BEP), sejumlah peternak kerakyatan justru menyambut dingin atau enggan menyikapi dengan menambah populasi.

Peternak ayam mandiri di Desa Tunjuk, Tabanan, I Wayan Sukasana, Senin (24/1), mengungkapkan harga ayam potong di tingkat peternak melonjak sejak akhir tahun 2021 lalu hingga menyentuh kisaran Rp 26.000 per kilogram saat ini. Harga tersebut sudah berlangsung 10 hari terakhir dan sempat menyentuh Rp 27.000 per kilogram selama empat hari. Posisi itu jauh melonjak dibandingkan harga pada Desember 2021 yang berada di kisaran Rp 16.000 per kilogram. “Awal tahun ini harga ayam potong di peternak memang jauh melonjak dibandingkan akhir tahun lalu. Bahkan, berada di atas BEP seiring kenaikan biaya produksi,” tuturnya.

Saat ini BEP untuk produksi ayam potong berada di level Rp 22.000 per kilogram seiring naiknya kembali biaya produksi, khususnya harga pakan dan DOC. Januari ini harga pakan pabrikan sudah melonjak dua kali yaitu Rp 460.000 dan Rp 470.000 per sak. Naik dari posisi Rp 440.000 dan Rp 450.000 per sak sebelumnya. Begitu pula harga DOC mencapai Rp 8.100 hingga Rp 8.200 per ekor (820.000 per boks) atau naik dari posisi Rp 7.000 per ekor.

Menurutnya, meski harga jual ayam potong di tingkat peternak berada di atas BEP, sejumlah peternak justru enggan meningkatkan populasi yang rata-rata 3.000 hingga 4.000 ekor saat ini. Penyebabnya, sebagian besar peternak khususnya peternak kerakyatan sudah kehabisan modal karena sebelumnya harga jual ayam di pasaran berada dalam kondisi hancur-hancuran dalam waktu cukup lama.

Keengganan peternak menambah populasi dipicu juga oleh sistem pembayaran ke pihak pabrikan untuk kebutuhan biaya produksi. Khusus pakan dan DOC mengharuskan pembayaran pembelian secara tunai. “Untuk pembayaran kebutuhan pakan, pihak pabrikan tidak lagi memberikan toleransi pembayaran di belakang. Semuanya harus dilakukan secara tunai. Bagi peternak, sistem ini cukup berat,” sebut Sukasana.

Ditambahkannya, kondisi itu pula memberi andil melonjaknya harga jual ayam potong di tingkat peternak. Sebab, hampir semua kalangan peternak tengah menurunkan produksi atau populasi, karena tidak mampu lagi menanggung biaya produksi yang mahal. Selain populasi, lonjakan harga juga disumbang pemangkasan produksi bibit ayam dan ketakutan kalangan peternak seiring adanya varian Omicron sehingga mengambil sikap ekstra hati-hati untuk berusaha.

Sementara itu, Kepala Seksi Pengendalian dan Penyaluran Ekspor Impor Disperindag Tabanan Nurhayati menyampaikan hasil monitor harga khususnya daging ayam di tingkat pedagang di pasar tradisional. Daging ayam masih diperdagangkan stabil di kisaran Rp 45.000 per kilogram atau sama seperti posisi minggu sebelumnya. Meski stabil, harga daging ayam diperdagangkan di kisaran mahal karena meningkat dari posisi normal yang berada di kisaran Rp 35.000 per kilogram  sebelumnya. *man