Denpasar (bisnisbali.com) – Iklim investasi di 2022 masih terbuka luas. Peluang investasi di sektor digital, pengembangan kawasan baru hingga industri kreatif masih relatif akan tumbuh dengan baik pada 2022 ini.
Pengamat ekonomi Bhima Yudhistira menyampaikan untuk investasi pada tahun ini pertumbuhannya pun juga relatif baik karena beberapa investasi yang sebelumnya tertunda akibat adanya PPKM maupun adanya keterbatasan mobilitas dan penurunan permintaan di 2020 dan 2021 maka pada tahun 2022 investasinya mulai untuk direalisasikan. “Investasi yang tertunda ini akan direalisasikan pada 2022,” katanya.
Bhima pun menerangkan yang tidak kalah penting soal investasi ini didukung juga oleh pengembangan kawasan-kawasan industri baru, kemudian juga ada investasi yang meningkat di sektor digital dengan maraknya investasi-investasi yang masuk baik ke e-commerce kemudian fintech ada juga yang masuk ke aplikasi pendidikan dan kesehatan itu akan semakin marak. Karenanya ia berharap pelaku usaha dan masyarakat mampu melihat peluang bisnis yang lebih tepat di era pemulihan ekonomi saat ini.
Selain investasi, Bhima juga menilai penyaluran kredit perbankan pun akan tumbuh pada 2022. Pertumbuhannya sekarang sudah mulai positif di kisaran 4 persen dan akan melanjutkan pertumbuhan di 2022 di kisaran 5 persen sampai dengan 6 persen.
“Secara tahunan untuk kredit secara spesifik yang menarik itu justru pertumbuhan kredit konsumsi properti atau KPR itu tumbuhnya sampai 9 persen. Ini artinya sektor properti adalah salah satu sektor yang pemulihannya relatif cepat khususnya untuk pembangunan properti komersial maupun properti hunian di bawah harga Rp 365 jutaan yang cukup cepat pulihnya,” paparnya.
Sementara pasar investasi terhadap virus Omicron? Ia berpendapat masih perlu mendapat perhatian tapi pemerintah sudah lebih responsive dibanding menghadapi varian delta. Pertahanan masyarakat juga lebih baik terkait dengan vaksinasi yang mencapai lebih dari 50 persen saat ini. Karena itu ia melihat dampak varian Omicron terhadap ekonomi tergantung dari luasnya penularan kasus. Pihaknya pun meyakini pemerintah telah belajar menangani pandemi Covid-19 sehingga varian omicron berharap tidak menimbulkan gelombang penularan seperti varian delta, maka efek ke ekonomi akan minim. *dik