Denpasar (bisnisbali.com) – Pandemi Covid-19 menjadi tantangan berat bagi perekonomian di Bali yang mengutamakan sektor pariwisata. Oleh karenanya pada 2022 ini, Bali diharapkan segera mempersiapkan diri agar dapat mengejar pertumbuhan ekonomi yang lebih baik kembali.
Pengamat ekonomi, Bhima Yudhistira saat dihubungi Bisnis Bali, Minggu (16/1) menyampaikan yang perlu diperhatikan dan harus dilakukan Bali untuk mengejar pertumbuhan ekonomi ini dengan cara lebih mempersiapkan diri terkait beberapa even skala nasional maupun internasional hingga diversifikasi ekonomi.
Bhima mencontohkan menyambut acara G20 yang akan digelar di Bali pada 2022. Menurutnya banyak dampak positif dari Presidensi G20 terhadap sektor even, MICE, kemudian sektor-sektor terkait dengan pendukung acara-acara seremonial G20 di Bali nantinya. “Meskipun sektor pariwisata pulih tapi pemulihannya bertahap dan lebih mengandalkan wisatawan domestik mungkin ya,” katanya.
Ia menilai jadi masih perlu disiapkan juga infrastruktur fasilitas kesehatannya juga lebih baik. Termasuk Bali memang harus terus didorong diversifikasi ekonomi dari berbagia sektor lapangan usaha. Jadi selain Pulau Dewata mengandalkan sektor pariwisata, perlu juga didorong misalnya sektor pertanian, perkebunan maupun industri pengolahan. “Khususnya industri pengolahan yang orientasi ekspor,” ujarnya.
Termasuk juga sekarang ada fenomena banyak pelaku usaha dengan produk-produk yang berkualitas menjajakan barangnya di e-commerce. Bhima melihat beberapa platform digital kini sangat banyak sehingga UMKM dari Bali juga yang produknya berkualitas bisa memanfaatkannya. Sebab selain kerajinan juga banyak produk UMKM Bali misalnya produk kecantikan kosmetik yang mungkin bisa terus dikembangkan sehingga ekonomi Balinya bisa lebih tahan terhadap ketidakpastian di 2002.
Hal sama dikatakan pengamat ekonomi dari UNHI, Putu Krisna Adwitya Sanjaya, S.E., M.Si. Presidensi G20 yang digelar di Bali pada Oktober 2022 diyakini aka memberikan dampak positif tidak hanya bagi sektor pariwisata khususnya perhotelan untuk kembali pulih namun juga bagi perekonomian di Pulau Dewata. Presidensi G20 yang akan diselenggarakan di Bali merupakan salah satu wahana untuk menjadi ajang atau stimulus menggerakkan ekonomi Bali. Menurutnya jumlah delegasi presidensi G20 prediksinya mencapai ribuan orang. Kondisi inisudah tentu ini merupakan suatu peluang bagi ekonomi Bali.
“Keoptimisan ekonomi Bali memang harus dibangun dan tentunya tetap mengutamakan protokol kesehatan. Saya yakin dengan adanya beberapa even tersebut, project-project infrastrukur, kebijakan kebijakan pemulihan ekonomi lainnya yang sudah dan akan dilakukan oleh pemerintah saya yakin akan membantu pertumbuhan ekonomi Bali,” ucap Krisna.
Sebelumnya Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho memproyeksikan ekonomi Bali pada 2022 bisa tumbuh lebih baik. Pemulihan ekonomi Bali akan berlanjut di tahun 2022 dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,4 persen hingga 6,2 persen year on year (yoy). Proyeksi tersebut berkaca dari peningkatan konsumsi swasta dan masyarakat serta membaiknya mobilitas masyarakat. *dik