Denpasar (bisnisbali.com) – Di tengah tingginya harga minyak goreng yang mencapai Rp 21.000 per liter saat ini, masyarakat diharapkan bisa mencari alternatif lain, seperti memanfaatkan minyak kelapa. Namun, alternatif tersebut tidaklah memungkinkan karena harganya jauh lebih mahal.
Salah seorang pengusaha minyak kelapa asal Tabanan, I Wayan Wiadnyana, mengakui tingginya harga bahan baku (kelapa) saat ini menyulitkan dirinya tetap berproduksi. Jika dipaksakan pun akan sulit menjual minyak kelapa karena harganya mahal. Per botol mencapai Rp 30.000 untuk kemasan 500 mililiter.
“Siapa yang mau beli dengan harga segitu? Masih mendingan beli minyak kemasan. Itu pun kalau dijual segitu (Rp 30.000 per botol) masih sangat tipis,” ungkapnya saat ditemui, Rabu (12/1).
Untuk memproduksi 1 botol minyak kelapa, ia membutuhkan 4-5 buah kelapa. Sementara harga satu buah kelapa mencapai Rp 4.000 hingga Rp 6.000. “Kalau saya produksi lima buah dengan harga kelapa Rp 6.000 per buahnya, sudah Rp 30.000. Itu belum termasuk gas elpiji, listrik untuk parut, botol, stiker dan lain-lain. Memang sulit menjual minyak kelapa
dengan harga Rp 30.000 per botol. Jika pun ada, itu hanya beberapa pembeli yang memang gemar minyak kelapa,’’ terangnya.
Sementara itu, salah seorang ibu rumah tangga, Desi Angrayani, mengatakan untuk konsumsi rumahan alternatif minyak kelapa tidak memberi jawaban di tengah tingginya harga minyak goreng saat ini. Itu karena harga minyak kelapa juga mahal. Kalau pun dirinya membeli, dikatakannya hanya untuk memasak makanan tertentu yang memerlukan aroma minyak kelapa.
Sebagai alternatif di tengah tingginya harga minyak goreng, ia lebih memilih menu masakan yang direbus. “Ya, lebih banyak buat makanan yang direbus saat ini,” terangnya. *wid