Depasar (bisnisbali.com) – Sejak pandemi Covid-19 melanda, konsumsi listrik di Bali mengalami penurunan. Sebelum pandemi atau pada awal 2020, beban puncak tertinggi pernah mencapai 980 MW. Sementara tahun ini beban puncak tertinggi berkisar 700 MW, sedangkan saat Natal mencapai 750,2 MW. Digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 2022 mendatang diharapkan mampu meningkatkan beban puncak di Bali.
Hal tersebut diungkapkan General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali I Wayan Udayana belum lama ini. “Saat ini beban puncak kita (Bali) masih kurang 200 MW dari beban puncak tertinggi yang pernah terjadi,” jelasnya.
Dikatakannya, belum optimalnya pariwisata terlebih belum adanya wisatawan mancanegara yang datang ke Bali, menjadi penyebab rendahnya beban puncak di tengah pandemi Covid-19. Sebab, pelanggan bisnis di Bali didominasi oleh sektor pariwisata.
Dilaksakannya KTT G20 tahun depan, ia berharap beban puncak di Bali bisa meningkat, terlebih didukung berangsur pulihnya pariwisata. Pihaknya juga berharap adanya industri kesehatan di Bali memberi pengaruh terhadap konsumsi listrik. “Kami berharap nanti bisa kembali ke beban puncak 980 MW,” terangnya.
Disinggung soal rasio elektrifikasi, Udayana menyatakan sejak 2019 lalu seluruh rumah tangga di Bali sudah mendapat listrik dengan elektrifikasi mencapai 100 persen. Tahun ini tentu ada peningkatan mengingat adanya pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat. Akan tetapi hal tersebut diakuinya belum mampu mendorong konsumsi listrik dikarenakan pelanggan bisnis dalam hal ini pariwisata masih mendominasi konsumsi listrik di Bali. *wid