Denpasar (bisnisbali.com)-Melihat kondisi pariwisata Bali yang belum begitu pulih, diprediksi pada libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) konsumsi listrik (beban puncak) di Bali tertinggi mencapai angka 793 mega watt (MW). Angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan beban puncak tertinggi yang pernah terjadi.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali I Wayan Udayana didampingi Manajer Komunikasi I Made Arya, Rabu (22/12) mengatakan, liburnya kantor-kantor dan belum optimalnya pariwisata di Bali menjadi penyebab belum signifikannya beban puncak listrik di Bali saat Nataru mendatang. Dia menyebutkan, perdiksi beban puncak 793 MW terjadi saat Natal dan pada Tahun Baru mencapai 730 MW. Dan beban puncak tertinggi tahun ini yaitu 766,7 MW yang terjadi pada Desember.
Dijelaskannya, prediksi beban puncak saat Natal tahun ini masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2020. Tahun 2020 beban puncak saat Natal mencapai 737 MW. Namun jika dibandingkan dengan tahun 2019 (sebelum pandemi) beban puncak jauh mengalami penurunan. Tercatat beban puncak saat Natal 2019 965 MW atau terjadi penurunan sekitar 21 persen.
Demikian pula beban puncak pada Tahun Baru yang diprediksi terjadi tahu ini lebih tinggi 1,8 persen dari tahun 2020. Dan jika dibandingkan dengan 2019 terjadi penurunan beban puncak sekitar 22 persen. “Jika kita bandingkan dengan beban puncak tertinggi di Bali yang pernah terjadi yaitu 980 MW (Februari 2020), tahun ini masih di bawah, kehilangan sekitar 200 MW,” terangnya.
Demikian dia menuturkan dari sisi pengguna, sektor bisnis menjadi pengguna paling tinggi. Dan untuk di Bali pelanggan bisnis didominasi oleh pariwisata. Dia berharap tahun depan (2022) sudah kembali optimal dan dengan diadakannya G20 di Bali bisa memberi pengaruh positif terhadap perekonomian di Bali dan konsumsi listrik pun meningkat. *wid