Denpasar (bisnisbali.com) –Dalam jangka pendek, pemulihan perekonomian Bali masih tergantung pada kedatangan wisatawan. Kendati demikian ada beberapa tantangan di antaranya kenaikan kasus Covid-19 global dan kebijakan pembatasan mobilitas. Kebijakan restriksi beberapa negara pasar utama wisman Bali. “Kemudian travel demand atau level of confidence to travel yang masih terbatas,” kata Kepala KPw BI Bali Trisno Nugroho di Denpasar.
Sementara bicara mengenai pemulihan ekonomi Bali dalam jangka panjang, menurut Trisno berarti berbicara tidak hanya sektor pariwisata saja melainkan juga sektor lainnya seperti pertanian, industri, pertambangan dan lain lain. “Jadi, tantangan jangka panjang adalah bagaimana mengurangi ketergantungan pada sektor pariwisata dengan melakukan diversifikasi ke sektor lainnya,” ujarnya.
Di sisi lain, tantangan di sektor pariwisata ke depan adalah bagaimana mengembangkan pariwisata Bali menjadi pariwisata berkualitas (quality tourism). Dalam mengatasi tantangan jangka pendek yaitu terkait penurunan kondisi ekonomi dampak pandemi Covid-19, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah mencari pasar wisman potensial, antara lain dengan direct flight dari negara potensial namun aman (memperhatikan kasus konfirmasi, positivity rate dan varian baru. Selanjutnya kemudahan visa dan memperpendek karantina.
Kemudian, sejalan dengan pelonggaran level PPKM, perlu diimplementasikan kembali program Work From Bali. Selain itu, juga perlu didorong event MICE (baik dari domestik maupun internasional) dan Gerakan Bangga Berwisata di Indonesia. “Kita perlu terus memperluas implementasi protokol kesehatan termasuk program sertifikasi CHSE untuk meningkatkan confidence to travel ke Bali,” ujarnya.
Kemudian mendorong digitalisasi dan on boarding UMKM. Implementasinya antara lain dilakukan dengan gerakan bangga buatan Indonesia (GBBI), mendorong pemanfatan QRIS, serta mendorong pemanfaatan program PEN (restrukturisasi kredit, penjaminan kredit).
Kemudian, dalam mengatasi tantangan jangka menengah panjang, Trisno menegaskan kembali, beberapa hal yang bisa dilakukan adalah pertama, mendorong sumber pertumbuhan ekonomi baru melalui diversifikasi ekonomi. Salah satu sektor potensial adalah sektor pertanian. Bali memiliki banyak komoditas pertanian unggulan, termasuk kopi dan kakao. Untuk mendorong sektor pertanian tersebut, perlu diterapkan digitalisasi yaitu pengembangan sektor hulu melalui pemanfaatan internet of thing, maupun pengembangan sektor hilir dengan pemanfaatan e-commerce.
Kedua, mendorong sektor ekonomi kreatif. Potensi ekonomi Bali di bidang industri kreatif antara lain pada sub sektor kriya dan fesyen. Namun demikian, masih terdapat sejumlah tantangan terkait pemasaran yang belum optimal serta tingkat persaingan produk yang tinggi. Untuk itu, perlu dilakukan penguatan kompetensi, pengembangan produk dan digitalisasi marketing.
Ketiga, mendorong sektor pendidikan. Bali sangat berpotensi untuk dijadikan lokasi pendidikan internasional. Data UNESCO menunjukkan tren peningkatan outbound pelajar internasional global dalam 5 tahun terakhir. Pengembangan sektor pendidikan di Bali dapat didorong melalui pembukaan International Branch Campuses (IBCs) sehingga menarik siswa untuk menempuh pendidikan di Bali. Keempat, mendorong quality tourism. “Kita perlu mengakselerasi pengembangan pariwisata Bali untuk health tourism, maritime tourism hub, desa wisata, MICE dan wisata alam,” sarannya.*dik