Gianyar (bisnisbali.com)-Lembaga Perkreditan Desa (LPD) masih akan menghadapi tantangan dan persaingan yang sangat ketat dalam pembiayaan keuangan di sektor mikro pada tahun 2022. Untuk menghadapi tantangaan tersebut, LPD mesti memperkuat core banking guna memberikan kemudahan layanan kepada masyarakat desa selaku nasabah LPD
Ketua Badan Kerja Sama (BKS) LPD Provinsi Bali Nyoman Cendikiawan mengungkapkan hal itu di sela-sela pertemuan di Kantor BKS LPD Gianyar, Kamis (16/12). Dikatakannya, kerja sama LPD dengan BPD Bali akan memperkuat perekonomian masyarakat desa adat di Bali. LPD terus berupaya memperkuat perekonomian dan secara tidak langsung akan mampu menguatkan desa adat dan seni budaya.
Saat ini dari 1.436 LPD yang ada di Bali, yang memiliki standar core banking sekitar 650 LPD. Kerja sama dengan BPD melalui pengaplikasian QRIS bermanfaat dalam meningkatkan pendapatan LPD lewat setiap transaksi yang dilakukan masyarakat.
Dipaparkannya, LPD sudah mampu memfasilatasi semua kegiatan di sektor ekonomi, tidak hanya simpan pinjam. Masing-masing LPD telah memiliki merchant (penjual barang atau jasa) dan akan terus menjaringnya sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan peran LPD. “Kerja sama pengaplikasian QRIS juga melibatkan PT USSI yang memfasilitasi sistem teknologi di masing-masing LPD,” ujar Cendikiawan yang juga Kepala LPD Desa Adat Talepud.
Direktur PT USSI Arwic Technologi, Maman Tirta Rukmana, mengatakan pihaknya mendorong terciptanya ekosistem keuangan yang akan menjembatani LPD dengan UMKM. Dukungan core banking dengan sistem QRIS membuat masyarakat dapat melakukan transaksi secara digital. “Untuk meningkatkan daya saing, LPD wajib mengembangkan operasional, layanan, bisnis dan kepatuhan. Semuanya harus berjalan paralel,” jelasnya.
Menurut Direktur Operasional BPD Bali Ida Bagus Gede Setia Yasa, dalam sinergi dengan LPD, BPD mengintensifkan perencanaan sebelumnya. “Peran BPD Bali dalam transformasi dan digitalisasi LPD,” ungkapnya.*kup