Denpasar (bisnisbali.com) –Presidensi G20 Indonesia di jalur keuangan (finance track) diawali dengan pertemuan Finance and Central Bank Deputies Meeting (FCBD) pertama yang berlangsung pada 9-10 Desember 2021. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, dalam dalam konferensi pers di Nusa Dua menyampaikan, pertemuan awal ini berperan penting dalam memastikan keberlanjutan kepemimpinan G20 dalam mendukung pemulihan ekonomi global baik dalam jangka pendek maupun panjang, sejalan dengan tema “recover together, recover stronger”.
Dalam menjaga keberlanjutan dan memperkuat kolaborasi global, pertemuan FCBD hari ini melibatkan kehadiran menteri keuangan troika yaitu Menteri Keuangan Italia, Daniele Franco, Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Keuangan India, Nirmala Sitharaman, secara hybrid pada High Level Discussion yang membahas berbagai agenda prioritas dalam menghadapi tantangan perekonomian.
Selanjutnya, dibahas mengenai Recover Together: Policy Setting for Smooth Exit Strategy dan Recover Stronger: Addressing Scarring Effect to Secure Future Growth. Pembahasan tersebut menghadirkan panelis dari International Monetary Fund (IMF), Financial Stability Board (FSB), World Health Organization (WHO), World Bank, Bank for International Settlement (BIS) dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Selanjutnya, Perry menambahkan agenda prioritas finance track dalam Presidensi G20 relevan dengan tugas BI antara lain kerja sama internasional dalam normalisasi kebijakan moneter, penerapan regulasi di sektor keuangan yang harus memperhatikan kesiapan sektor keuangan dan digitalisasi sistem pembayaran, termasuk Central Bank Digital Currency (CBDC).
Dalam Presidensi G20 Indonesia akan melanjutkan beberapa legacy issues, di antaranya mengintegrasikan risiko pandemi dan iklim dalam pemantauan risiko global, penguatan Global Financial Safety Net (GFSN). Meningkatkan arus modal, melanjutkan Inisiatif Kesenjangan Data (Data Gap Initiatives), meningkatkan Reformasi Regulasi Sektor Keuangan, memperkuat pengelolaan dan transparansi utang. Selanjutnya mempercepat agenda infrastruktur menuju pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
Optimalisasi dukungan pembiayaan dari bank pembangunan multilateral (MDBs), memperkuat kapasitas sistem kesehatan dalam pencegahan, kesiapsiagaan dan respons pandemi hingga melanjutkan dukungan untuk menarik investasi sektor swasta di negara-negara berpenghasilan rendah, seperti di kawasan Afrika.
Agenda prioritas dan legacy issue Presidensi G20 Indonesia diharapkan dapat menyeimbangkan agenda global dengan prioritas dan kepentingan domestik, serta menyelaraskan kepentingan berbagai pihak, baik negara maju maupun negara berkembang. *dik