Denpasar (binsisbali.com)-Meroketnya harga cabai di pasaran saat musim hujan dipengaruhi oleh berbagai kendala dialami petani. Mulai dari banyaknya penyakit hingga biaya perawatan tanaman yang tinggi. Salah seorang petani dari Kintamani I Nengah Arimbawa, saat ditemui di Denpasar, Senin (6/12) mengatakan, pada musim hujan banyak penyakit yang menyerang tanaman. Hal ini membuat buah cepat busuk. Di samping itu, tingginya intensitas air dikatakannya membuat pohon cabai terendam dan berdampak pada matinya tanaman.
Untuk mengatasi hal tersebut, pria yang akrab disapa Arim ini mengaku, pihaknya harus merogoh kocek lebih dalam dibandingkan biasanya untuk perawatan agar risiko gagal panen bisa ditekan. “Biayanya mahal. Penyiraman pestisida harus dilakukan 4 hari sekali dan pemupukan 5 hari sekali agar pohon dan buah tetap terjaga,” terangnya.
Pada kondisi normal penyemprotan pestisita dilakukan cukup seminggu sekali. Sementara untuk pemupukan dilakukan 2 kali dalam sebulan. Selain harga perawatan tinggi, risiko gagal panen juga besar pada musim hujan. Hal ini tentu membuat petani mengalami kerugian.
Sementara itu, di pasaran kini harga cabai kian meroket yang sudah mencapai Rp60.000 per kilogram. Berdasarkan data hasil pemantauan pasar dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali per Senin (6/12), harga rata-rata cabai di beberapa pasar di Kota Denpasar mencapai Rp55.000 hingga Rp60.000 per kilogram.
Hal tersebut dibenarkan pula oleh beberapa pedagang di pasar Badung. Ni Wayan Wandri, salah seorang pedagang mengaku, kenaikan harga cabai mulai terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Kenaikan terjadi secara bertahap setiap harinya. *wid