Tabanan (bisnisbali.com) –Menjadi sektor penghasil bahan pangan yang selalu dibutuhkan semua orang, namun pertanian menjadi sektor yang dikesampingkan di tengah gemerincing dolar disumbang sektor pariwisata selama ini. Kini di tengah pandemi Covid-19, jadi momen bagi sektor pertanian (darma pemaculan) dengan mengedepankan pola tani ala Bali warisan leluhur atau organik kembali bangkit sekaligus untuk menjaga keharmonisan alam.
Sejumlah petani di Kabupaten Tabanan pun memberikan dukungan untuk kembali bangkitnya darma pemaculan sesuai dengan program Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan dengan sepirit Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Seperti petani di Kecamatan Kediri di sela-sela kegiatan pelatihan dan sosialisasi kedaulatan pangan beras melalui pertanian organik plus (Biodinamik 500) yang diinisiasi Yayasan Darma Narada (YDN) di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Kediri, Rabu (1/12).
Hadir dalam kegiatan tersebut Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, Ir., Wayan Artanaya, Camat Kediri I Made Murdika, Ketua YDN Satria Naradha dan tiga orang pemakalah yakni, Ir. I Made Mega Adnyana, M.P, I Made Sandi dan Putra Sedana yang memberikan materi pelatihan pembuatan pupuk Biodinamik 500. Turut hadir dalam kegiatan tersebut perwakilan sejumlah petani dan pekaseh di Kecamatan Kediri.
Camat Kediri I Made Murdika di sela-sela kegiatan pelatihan dan sosialisasi mengungkapkan, mengapresiasi pihak YDN dalam upaya membangkitkan kembali darma pemaculan melalui pola pertanian organik. Sebab memang sektor pertanian ini harus menjadi unggulan dan bahkan tidak boleh hilang, karena jika itu terjadi maka pemenuhan akan bahan pangan tentu akan terancam.
Sayangnya, selama ini keberadaan sektor pertanian ini terkesan dikesampingkan oleh sektor lain di seiring dengan berkembangnya pariwisata di Bali, sehingga permasalahan muncul di antaranya regenerasi di sektor pertanian yang sulit dan juga terjadinya alih fungsi lahan. “Sukur melalui YDN berupaya untuk membangunkan kembali darma pemaculan ini. Mudah-mudahan idealisme di sektor pertanian kembali bangkit dengan menggunakan cara bertani atau warisan leluhur yang mengembangkan pertanian organik,” harapnya.
Menurutnya, cara bertani ala Bali yang digunakan para leluhur dulu jangan ditinggalkan. Katanya, modernisasi bisa saja masuk, namun dasar cara bertani yang sudah diwariskan leluhur dulu jangan ditinggalkan.
Kini di tengah dampak pandemi, kembali membangkitkan darma pemaculan seperti yang diinisiasi oleh YDN merupakan momen tepat. Ingatkan kembali bahwa pertanian adalah satu-satunya sektor yang memiliki peran penting dan menjadi sektor yang tidak rapuh dalam upaya menopang ekonomi sekaligus pendapatan petani.
Di sisi lain jelas Murdika, di Kecamatan Kediri sebagai sentra penghasil pertanian di Kabupaten Tabanan dalam upaya mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian, pihaknya bersama pekaseh dan perbekel untuk mengajak bersama-sama merancang rencana tata ruang desa. Katanya, itu dimungkinkan karena ada ketentuan hukum yang mengatur, itu otomatis akan memproteksi atau paling tidak bertahan. “Sudut mana yang akan digunakan sebagai zona hijau dan sudut mana bisa digunakan zona boleh membangun untuk kepentingan sektor yang lain,” tandasnya.
Sambungnya, saat ini di Kecamatan Kediri memiliki luasan sekitar 3.000 hektar untuk pertanian produktif. Dari luasan tersebut didominasi untuk sektor pertanian padi yang sebagian besar disumbang di wilayah Bengkel. Selain itu, saat ini di Kecamatan Kediri yakni Subak Demung juga sudah mengantongi sertifikat organik, sedangkan beberapa subak lainnya sudah mulai mengarah ke pola pertanian organik saat ini.
Hal senada juga diungkapkan Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, Ir. Wayan Artanaya. Kata dia, kedepannya memang harus mampu menghasilkan bahan pangan yang aman sehat dan berkualitas untuk dikonsumsi sehingga masyarakat menjadi sehat. Semua itu bisa dicapai dengan menggunakan sistem pertanian organik, salah satunya dengan Biodinamik 500.
Saat ini di Kabupaten Tabanan, salah satunya di Kecamatan Kediri pertanian organik ini sudah dikembangkan sejak 2014 lalu dan rata-rata dari luasan tersebut bahkan mampu mengantongi produksi tinggi atau sama seperti penggunaan pupuk kimia pada umumnya. Yakni, mencapai 6 ton per hektar.
Hanya saja memang akuinya, capaian tersebut tidak instan didapat. Terangnya, dibutuhkan 2-3 periode panen untuk bisa mengantongi produktivitas padi dalam jumlah yang tinggi tersebut. Sebab mekanisme penggunaan pupuk organik ini di awal pemakaian sifatnya baru guna menumbuhkan mikro organisme pada tanah yang dibutuhkan tanaman untuk bisa tumbuh berkembang. Namun tambahnya, apabila petani ini secara berkesinambungan memanfaatkan pupuk organik, maka hasilnya akan mengalami tren peningkatan.
Sementara itu Putra Sedana memaparkan, melalui konsep pertanian Biodinamik 500 dengan bermodalkan tanduk dan kotoran sapi (kohe), para petani ini akan terbantu dalam menerapkan pertanian organik sekaligus dalam memenuhi permintaan pasar akan komoditi pertanian yang berkualitas atau sehat dengan cara yang lebih efisien dibandingkan dengan pertanian organik pada umumnya. Sebab kandungan mikroba dalam kotoran sapi yang sudah ditanam selama enam bulan tersebut sudah menyerap banyak energi alam, baik bumi maupun langit.
Nilai plus dari penggunaan Biodinamik ini muncul pada saat pengaplikasian di lapangan yang lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan pupuk organik pada umumnya. Sebab, pada penggunaan pupuk organik dengan Biodinamik per satu hektar luasan sawah hanya membutuhkan minimal seperempat liter atau 250 mili per tangki, itu hanya membutuhkan 6-7 liter campuran biodinamik. Sementara untuk penggunaan pupuk organik umumnya memanfaatkan dalam jumlah atau volume lebih banyak. Begitu pula pada penggunaan pupuk kimia dengan teknik penyemprotan menggunakan volume cukup banyak hingga 25-30 tangki per sekali semprot dengan luasan yang sama, sehingga biaya juga cukup tinggi. *man