Tabanan (bisnisbali.com) –Sejumlah petani di Kecamatan Marga antusias mengikuti pelatihan dan sosialisasi kedaulatan pangan beras melalui pertanian organik plus (Biodinamik 500) yang diinisiasi Yayasan Dharma Naradha (YDN) bekerja sama dengan pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Tabanan. Betapa tidak, diyakini dengan memanfaatkan kotoran sapi dan Toya Panca Amerta Bali bersumber dari air danau di Bali yang jadi bahan baku Biodinamik 500 akan menciptakan keharmonisan alam sekala dan niskala.
Seperti yang diungkapkan Pekaseh Subak Jaka, Desa Kukuh, Marga Jero Mangku I Wayan Yusa usai mengikuti kegiatan pelatihan dan sosialisasi pertanian organik Biodinamik 500 di BPP Marga, Selasa (30/11) mengukapkan antusias mengikuti pelatihan karena memang sangat bermanfaat dan sebagai tambahan ilmu sejalan dengan upayanya dalam pengembangan pertanian organik yang sudah mengantongi sertifikat organik saat ini. Imbuhnya, saat ini Subak Jaka, Desa Kukuh merupakan satu-satunya subak di Kecamatan Marga yang sudah mengantongi sertifikat organik.
“Adanya pelatihan tentu sangat bersinergi, dan bermanfaat. Mudah-mudahan nanti semua petani yang ada di Desa Kukuh Marga dan Kabupaten Tabanan yang merupakan daerah lumbung pangan Bali bisa mengadopsi atau setidaknya mulai mengarah ke pertanian organic nantinya,” harapnya.
Selain itu menurutnya, pertanian dengan sistem Biodinamik 500 ini merupakan pola pertanian yang mengedepankan keharmonisan alam. Sebab dengan pola ini mengajak kembali para petani ini untuk kembali ingat pada darma pemaculan dengan menghormati ibu pertiwi, sehingga ibu pertiwi akan tetap memberikan merta atau kehidupan.
“Setelah petani ini mau berorganik, maka akan tercipta tanah pertanian yang sehat, lanjut akan tumbuh tumbuhan yang sehat pula nantinya. Semua itu hasilnya tentu akan menghasilkan hasil pertanian yang sehat dan manusia pun akan menjadi sehat karena memakan makan yang sehat pula,” tandasnya.
Bercermin dari itu harapannya, pelatihan dan sosialisasi pertanian Biodinamik 500 atau yang juga disebut organik plus bisa diteruskan atau disebarluaskan kepada para petani di Tabanan agar lebih cepat gerak maupun upaya membangkitkan darma pemaculan. Itu seiring dengan sektor pertanian di Kabupaten Tabanan yang merupakan satu satunya andalan agar bisa maju dan bisa memberi kehidupan yang lebih baik nantinya.
Di sisi lain akui Wayan Yusa, sejak 2016 mengembangkan pertanian organik, kini di Subak Jaka dengan pengembangan pertanian organik rata-rata sudah mampu menghasilkan gabah 5-6 ton per hektar saat ini. Akuinya, untuk mencapai jumlah produksi tersebut dengan pertanian organik memang tidak bisa cepat atau instan, dibutuhkan proses beberapa musim panen. Namun hasil diperoleh sudah pasti memiliki kandungan yang menyehatkan.
Hal senada juga diungkapkan Pekaseh Subak Payangan Kecamatan Marga, Made Suwandi yang juga sudah menerapkan pertanian organik. Kata dia, tertarik dengan pelatihan pertanian organik dengan sistem Biodinamik 500. Sebab itu ia berencana akan mengadopsi pada areal sawahnya yang saat ini sudah menerapkan pertanian organik.
“Ketertarikan itu karena bahan baku yang digunakan tidak sebanyak dibandingkan dengan pemanfaatan pupuk organik pada umumnya. Cara pembuatannya pun juga mudah, sehingga kami berencana untuk mengadopsi sistem pertanian Biodinamik 500 ini,” tandasnya. *man