Rabu, Oktober 30, 2024
BerandaBaliBangkitnya  ’’Darma Pemaculan”  Berkontribusi Bendung Alih Fungsi Lahan Pertanian  

Bangkitnya  ’’Darma Pemaculan”  Berkontribusi Bendung Alih Fungsi Lahan Pertanian  

Upaya membangkitkan kembali sektor pertanian (darma pemaculan) dimulai dari Kabupaten Tabanan sebagai daerah lumbung pangan Bali.

Tabanan (bisnisbali.com) –Upaya membangkitkan kembali sektor pertanian (darma pemaculan) dimulai dari Kabupaten Tabanan sebagai daerah lumbung pangan Bali. Kali ini acara pelatihan dan sosialisasi kedaulatan pangan beras melalui pertanian organik plus (Biodinamik 500) yang diinisiasi Yayasan Dharma Naradha (YDN) bekerja sama dengan pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Tabanan digelar di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Marga, Selasa (30/11).

Kecamatan Marga menjadi lokasi ke delapan dari sepuluh kecamatan di Kabupaten Tabanan yang sudah menggelar kegiatan pelatihan dan sosialisasi. Nampak hadir dalam kegiatan Kepala Dinas Pertanian Tabanan Ir. I Nyoman Budana, M.M. Camat Marga I Gusti Agung Alit Adiatmika, Ketua YDN Satria Naradha dan tiga orang pemakalah yakni, Ir. I Made Mega Adnyana, M.P, I Made Sandi dan Putra Sedana yang memberikan materi pelatihan pembuatan pupuk Biodinamik 500 (BD 500). Serta turut hadir dalam kegiatan tersebut perwakilan petani dan pekaseh di Kecamatan Marga.

Kepala Dinas Pertanian Tabanan Ir. I Nyoman Budana, M.M. mengungkapkan, sangat mengapresiasi kegiatan pelatihan dan sosialisasi kedaulatan pangan beras melalui pertanian organik plus (Biodinamik 500) melalui spirit  ’’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ yang diinisiasi YDN. Sebab melalui model pertanian tersebut akan tercipta keharmonisan alam, sehingga  itu akan mampu menjaga Kabupaten Tabanan agar tetap bisa mempertahankan sebagai daerah lumbung pangan bagi Provinsi Bali kedepannya.

“Kegiatan yang dilakukan oleh YDN, kami selaku petugas dinas pertanian sangat mendukung dan mengapresiasi karena yayasan juga ikut peduli dengan pertanian. Artinya, itu membantu kami di bidang yang juga menjadi tanggung jawab kami di Dinas Pertanian,” tuturnya.

Selama ini Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui sejumlah program bupati untuk menjaga ketahanan pangan sudah dilakukan melalui sejumlah kegiatan. Di antaranya, memberikan bantuan bibit, subsidi pupuk dan termasuk pengembangan padi ramah lingkungan. Akuinya, upaya tersebut juga sejalan dengan arah kebijakan pemerintah pusat yang kini menitikberatkan pada peningkatan mutu dan kualitas, dimana upaya tersebut dilakukan melalui pengembangan pertanian organik.

Dengan adanya pelatihan pertanian organik dengan sistem Biodinamik 500, tentunya upaya pemerintah pusat, Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Tabanan menjadi sejalan. Katanya, pelatihan dengan pola pertanian organik ini akan mengurangi ketergantungan petani Tabanan akan penggunaan pupuk kimia.

Tentunya itu akan berdampak pada berkurangnya beban petani khususnya untuk biaya produksi, sedangkan di sisi lain penggunaan pola pertanian organik ini berpotensi akan memberi nilai tambah bagi petani dan kualitas mutu atau hasil yang didapat juga akan meningkat pula nantinya. Bercermin dari kondisi tersebut asumsinya, pertanian organik seiring dengan kembali bangkitnya darma pemaculan ini berpotensi akan memberi andil dalam upaya terjaga predikat sebagai lumbung pangan Bali dan juga sebagai upaya untuk membendung alih fungsi lahan, apalagi untuk menjual lahan pertanian di Kabupaten Tabanan nantinya.

“Selama ini alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Tabanan sangat kecil. Contohnya di Kecamatan Marga hampir tidak ada, khususnya lahan pertanian yang berubah menjadi perumahan. Begitu pula yang terjadi di Kecamatan Penebel juga sangat kecil,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan, Camat Marga I Gusti Agung Alit Adiatmika. Kata dia, saat ini di Kecamatan Marga mengantongi total ada 23 subak dan dari jumlah tersebut beberapa sudah mulai mengarah untuk pengembangan pertanian organik. Sebab menurutnya, potensi untuk pengembangan pertanian organik di Kecamatan Marga ini tersedia selama ini. “Saat ini sudah ada satu subak yaitu Subak Jaka yang mengantongi sertifikat sebagai pengembangan pertanian organik dan satu subak yang sedang mengarah pengembangan pertanian organik,” bebernya.

Hanya saja akuinya, saat ini di tengah dampak pandemi Covid-19 subak yang sudah mengantongi sertifikat organik tersebut mengalami kendala terkait pemasaran. Sebab, produksi yang sebelumnya terserap di kalangan ASN Pemkab Tabanan, kini terhenti karena tidak adanya lagi anggaran untuk alokasi beras di kalangan ASN.

Bercermin dari itu harapannya, pemasaran produksi beras organik petani di Subak Jaka bisa difasilitasi oleh Bapak Gubernur sesuai dengan Pergub tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali. “Harapan kami beras organik yang dihasilkan petani ini bisa dijual sesuai dengan harga standar. Jangan sampai merugikan petani yang sudah mau terjun di organik,” kilahnya.

Sementara itu Ir. I Made Mega Adnyana, M.P dalam pelatihan dan sosialisasi memaparkan bahwa, Biodinamik 500 adalah sebuah model pertanian organik yang digunakan untuk mengaktivasi semua mikro organisme dan merangsang pertumbuhan akar di bawah permukaan tanah. Imbuhnya, efektivitas Biodinamik 500 tersebut diperoleh dari bahan baku digunakan yang memang memiliki sentuhan spiritual.

“Sentuhan spiritual ini yang kemudian membuat Biodinamik 500 di Bali ini agak berbeda dengan biodinamik di negara lain di dunia. Sebab di Bali air yang digunakan oleh YDN adalah air danau yang sarat dengan nilai spiritual, sehingga harapan kami itu akan membuat taksu darma pemaculan di Bali ini kembali bangkit,” tuturnya.

Jelas Mega Adnyana, selain memiliki sentuhan spiritual, cara pembuatan dan aplikasi Biodinamik 500 juga lebih mudah. Tidak sama seperti pola pertanian organik tempo dulu yang menggunakan hingga ton-tonan jumlah kotoran sapi, sehingga juga mudah untuk diaplikasikan ke lahan pertanian. *man

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer