Denpasar (bisnisbali.com) – Pertumbuhan ekonomi Bali pada tahun 2021 diperkirakan berkisar pada -2,6 persen sampai dengan -1,8 persen. Sementara itu untuk tahun 2022, beberapa indikator diperkirakan semakin membaik sehingga pertumbuhan ekonomi akan berkisar pada 5,4 persen sampai dengan 6,2 persen. “Proyeksi Bali tersebut lebih tinggi dibandingkan nasional 2022 yang diprakirakan tumbuh 4,6 persen – 5,4 persen,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Trisno Nugroho.
Trisno menerangkan, ekonomi Bali pada triwulan III 2021 tercatat terkontraksi 2,91 persen (yoy), setelah tumbuh positif 2,88 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pemberlakuan kebijakan pembatasan mobilitas yaitu PPKM darurat 1 Juli 2021 – 20 Juli 2021 serta PPKM Level 4 hingga 13 September 2021 telah memberikan tekanan mendalam pada kinerja ekonomi Bali. Selanjutnya, kebijakan pembatasan mobilitas ini menahan kinerja sektor pariwisata dan sektor terkait lainnya.
“Perekonomian Bali pada triwulan III 2021 yang sebesar -2,91 persen merupakan yang terendah dibanding provinsi lain di Indonesia,” ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi Bali juga lebih rendah dibandingkan dengan beberapa daerah lain juga merupakan pusat daerah pariwisata. Yogyakarta tercatat tumbuh 2,30 persen (yoy), sedangkan Kepulauan Riau tumbuh 2,97 persen (yoy). Hal ini tidak terlepas dari kondisi perekonomian Bali yang sangat terkonsentrasi pada sektor sektor terkait pariwisata. “Padahal rata-rata pertumbuhan Bali selama 5 tahun terakhir mencapai 5,96 persen,” terangnya.
Trisno menyampaikan sejak pandemi Covid-19 melanda di Q1 2020, Bali tercatat mengalami pertumbuhan negatif (kecuali Q2 2021) dan menempati rangking terbawah di antara 33 provinsi lainnya. Padahal kalau dilihat pertumbuhan Bali di tahun 2017- 2019 selalu berada di atas rata-rata nasional.
Bank sentral pun menilai ada faktor pendorong dan faktor penahan pertumbuhan ekonomi ke depannya. Faktor pendorong adalah pemulihan kegiatan masyarakat (seiring gencarnya vaksinasi), pemulihan pariwisata domestik, potensi dari penyelenggaraan event-event internasional (KTT G20 2021 – 2022), kelanjutan proyek investasi dan infrastruktur. Sedangkan faktor penahan adalah pemulihan kunjungan wisman yang masih sangat terbatas, tertahannya pendapatan pemerintah daerah, perilaku wait and see pelaku usaha. *dik