UMKM Berorientasi Ekspor Dukung Pemulihan Ekonomi Bali

Ekonomi Bali kendati pada triwulan III 2021 masih kontraksi, namun masih memiliki peluang untuk tumbuh positif.

356
ORIENTASI EKSPOR - Ekonomi Bali masih memiliki peluang tumbuh positif dengan memaksimalkan potensi UMKM di sektor ekonomi kreatif di Pulau Dewata, termasuk yang berorientasi ekspor.

Denpasar (bisnisbali.com) – Ekonomi Bali kendati pada triwulan III 2021 masih kontraksi, namun masih memiliki peluang untuk tumbuh positif. Salah satu caranya dengan memaksimalkan potensi UMKM di sektor ekonomi kreatif di Pulau Dewata, termasuk yang berorientasi ekspor.

Pemerhati ekonomi, Kusumayani, M.M. dan Agus Fredy Maradona, Ph.D., CA sependapat bila ekonomi Bali berpeluang untuk tumbuh lebih baik. Selain menyasar sektor pariwisata sebagai ujung tombak perekonomian Bali, diversifikasi ekonomi juga dapat menjadi pendukung utama perbaikan ekonomi setelah diterjang Covid-19.

Sektor UMKM Bali contohnya. UMKM di Pulau Seribu Pura ini memiliki kreativitas dan inovasi yang diakui pasar global dan terbukti bertahan saat pandemi. Pelaku UMKM di berbagai subsektor industri kreatif misalnya mampu bertahan dengan digitalisasinya. Kualitas produk UMKM kreatif di Bali tidak hanya potensial memenuhi pasar dalam negeri, tapi bahkan juga pasar ekspor. “Inilah yang harus dikembangkan terus untuk bisa menyasar pasar ekspor dengan digitalisasi,” kata Kusumayani.

Menurutnya pasar ekspor harus terus dilirik dan ditingkatkan karena produk Bali beragam mulai pertaniannya kopi, cokelat, manggis dan ekonomi kreatif lainnya. Berdasarkan data BPS Bali, perkembangan ekspor menurut sektor jika diukur dari nilainya, porsi ekspor Bali  ke luar negeri pada periode Januari-September 2021  didominasi oleh ekspor produk industri pengolahan  sebesar 91,07 persen dari total keseluruhan ekspor. Jika  dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya (y-o-y),  nilai ekspor sektor industri pengolahan naik sebesar  10,35 persen. Nilai ekspor produk pertanian pada bulan September 2021 tercatat turun sedalam 11,48 persen, sementara nilai ekspor produk pertambangan turun lebih dalam lagi yakni 59,68 persen dibandingkan capaian tahun sebelumnya.

Nilai ekspor barang Bali ke luar negeri periode Januari-September 2021 tercatat sebesar US$ 358.334.407,  atau  naik 7,95 persen dibandingkan periode Januari-September  2020 yang tercatat US$ 331.945.484.  Amerika Serikat  tercatat sebagai pangsa ekspor terbesar dengan share 36,47 persen dari total nilai kumulatif ekspor. Peningkatan nilai ekspor kumulatif  tertinggi  tercatat  pada ekspor tujuan Jerman 33,15 persen.

Kepala BPS Bali, Hanif Yahya menyebutkan nilai ekspor  Bali pada bulan September 2021 jika dilihat dari jenis  komoditasnya, ekspor Bali didominasi oleh produk ikan, krustasea, dan moluska yang tercatat sebesar US$ 11.094.637 dengan share sebesar 27,16  persen dari total  ekspor. Dari 10 besar komoditas utama ekspor, lima di antaranya tercatat naik dengan peningkatan tertinggi tercatat pada nilai ekspor produk barang tekstil jadi lainnya yakni naik 95,17 persen, yang utamanya naik ke tujuan Amerika Serikat. Jika dibandingkan dengan capaian pada September 2020 (y-o-y), nilai ekspor  delapan komoditas utama tercatat naik, dengan  peningkatan tertinggi tercatat pada ekspor produk barang tekstil jadi lainnya setinggi 187,36 persen.

Hal sama dikatakan kepala KPw BI Bali, Trisno Nugroho, BI menyadari pengembangan UMKM merupakan upaya yang sangat penting dilakukan. Pengembangan UMKM bertujuan untuk mendukung dalam mewujudkan stabilitas makroekonomi dan moneter, sistem keuangan dan sistem pembayaran. Karenanya bank sentral fokus pada tiga strategi utama yaitu melalui strategi Korporatisasi, Kapasitas dan Pembiayaan.

Ia menjelaskan korporatisasi UMKM, bertujuan untuk membantu UMKM dalam hal penguatan kelembagaan UMKM. “Korporatisasi UMKM dilakukan untuk membuat ekosistem pendukung agar memberi kemudahan berusaha serta perizinan bagi UMKM,” katanya.

Strategi selanjutnya peningkatan kapasitas UMKM dilakukan dengan pelaksanaan bantuan teknis (bantek) dalam bentuk pelatihan, intensifikasi untuk proses produksi kelompok, pengelolaan manajemen organisasi UMKM, serta pemasaran baik secara offline maupun online.

Strategi terakhir Pembiayaan UMKM dilakukan dengan memfasilitasi UMKM agar memperoleh akses pembiayaan melalui perbankan (bank umum atau bank daerah) serta lembaga keuangan non perbankan seperti CSR perusahaan BUMN dan lainnya. “Strategi-strategi tersebut dilakukan BI bersinergi dengan pemerintah pusat dan daerah terhadap sektor-sektor prioritas dengan mengimplementasikan model bisnis terintegrasi,” ujarnya.

Lebih lanjut dalam hal pengembangan UMKM, diakui, BI saat ini melakukan pengembangan pada 3 kelompok besar yakni pada UMKM yang bergerak di sektor komoditas volatile food, komoditas berorientasi ekspor dan local economic development (komoditas daerah yang berpotensi secara ekonomi). Pengembangan UMKM pada komoditas berorientasi ekspor dilakukan untuk mendukung pengelolaan Current Account Deficit (CAD) Indonesia dengan ragam komoditas seperti komoditas pertanian (antara lain kopi, kakao, dan rempah), komoditas kain dan kerajinan, dan fasilitas dalam mendukung desa wisata. *dik