Tabanan (bisnisbali.com) –Harga hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Tabanan tengah melonjak saat ini. Menariknya, kondisi tersebut terjadi di tengah melimpahnya hasil tangkap nelayan seiring musim panen yang sudah terjadi sejak awal November lalu.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tabanan I Ketut Arsana Yasa, Kamis (18/11), mengungkapkan, di penghujung tahun ini nelayan di Kabupaten Tabanan mendapat berkah dari naiknya harga jual hasil tangkap yang terjadi sejak Oktober 2021 lalu. Lonjakan harga tidak hanya pada komoditas lobster, tapi juga terjadi pada sejumlah jenis ikan tangkap dengan pangsa pasar ekspor.
Hasil tangkapan lobster, lonjakan harga khususnya terjadi di luar ukuran untuk ekspor antara Rp 110 ribu dan Rp 120 ribu dengan pangsa pasar budi daya yang diserap oleh sejumlah perusahaan lokal. ”Perusahaan tersebut membudidayakan lobster di tengah laut menggunakan keramba. Setelah dua hingga tiga bulan pemeliharaan, lobster tersebut bisa dipanen,” tuturnya.
Untuk tangkapan ikan, lonjakan harga terjadi pada jenis ikan layur. Bahkan, kenaikan terjadi di luar kualitas ekspor (BS) atau di bawah ukuran 300 gram yang naik mencapai Rp 40 ribu per kilogram di tingkat nelayan atau meningkat dari posisi Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram sebelumnya. Sementara layur untuk pasar ekspor atau di atas ukuran 300 gram, kini harganya sudah menyentuh Rp 45 ribu atau naik dari posisi Rp 35 ribu per kilogram sebelumnya. Layur berukuran 600-800 gram satu ekor sekarang harganya menyentuh Rp 55 ribu per kilogram.
“Saya tidak tahu pasti penyebab lonjakan harga hasil tangkapan ini, namun kemungkinan terjadi seiring meningkatnya permintaan pasar ekspor saat ini. Jadi, para nelayan berlomba-lomba memanfaatkan lonjakan harga sehingga momen ini memberi berkah tersendiri di tengah dampak pandemi,” ujar Arsana Yasa.
Anggota DPRD Tabanan itu menjelaskan, di tengah kondisi harga hasil tangkap nelayan yang melonjak pada musim panen ini, nelayan harus kucing-kucingan dengan cuaca. Artinya, ketika cuaca mendukung sesuai hasil pemantauan BMKG atau aplikasi cuaca, maka nelayan melaut. Sebaliknya, saat cuaca buruk terutama gelombang tinggi, nelayan terpaksa istirahat melaut dan menunggu cuaca kembali membaik. “Sudah 10 hari cuaca membaik dan kemungkinan tujuh hari ke depan masih bagus. Maka saatnya nelayan di laut selatan panen dan menikmati harga yang melonjak dari hasil tangkapannya,” jelasnya.
Selain layur, pada musim panen yang diprediksi terjadi hingga April 2022 mendatang, nelayan Tabanan juga mengantongi produksi untuk jenis tangkapan ikan kapasan dan ikan tenggiri. Kedua ikan itu harganya juga melonjak sekaligus merupakan pangsa pasar ekspor selama ini.
Ia memprediksi pada musim panen di penghujung tahun ini nelayan Tabanan bisa mengantongi produksi lobster mencapai 1-2 ton per bulan. Jumlah tersebut bercermin dari pengalaman yang sama pada musim panen tahun sebelumnya. *man