Minggu, November 24, 2024
BerandaBaliHarga Buah Impor Stabil, Lokal Justru Naik

Harga Buah Impor Stabil, Lokal Justru Naik

Kenaikan harga kebutuhan upacara jelang Hari Raya Galungan dan Kuningan memang kerap terjadi, seiring penambahan permintaan masyarakat.

Denpasar (bisnisbali.com)-Kenaikan harga kebutuhan upacara jelang Hari Raya Galungan dan Kuningan memang kerap terjadi, seiring penambahan permintaan masyarakat. Termasuk buah buahan sebagai sarana upakara. Jelang Galungan kali ini kenaikan harga lebih terjadi pada buah lokal.

Salah seorang pedagang di Pasar Badung Sang Ayu Anggawati, saat ditemui Senin (8/11), mengatakan, harga buah impor saat ini stabil (tidak mengalami kenaikan). Sementara untuk buah lokal justru naik, yang diikuti dengan kenaikan permintaan. “Permintaan saat ini berimbang sih antara buah lokal dan impor. Tidak seperti sebelumnya, permintaan buah impor lebih tinggi. Namun pasokan (buah lokal) tidak begitu banyak,” ungkapnya.

Kenaikan harga, dikatakannya terjadi pada jenis buah manggis yang sebelumnya Rp10.000 per kilogram, menjadi Rp18.000 per kilogram. Demikian pula mangga, yang harga Rp8.000 naik menjadi Rp10.000 per kilogram untuk jenis mangga madu dan jenis mangga aromanis dari Rp10.000 per kilogram naik menjadi Rp15.000 per kilogram. “Kalau buah impor masih sama seperti biasanya. Untuk buah fuji Rp35.000 hingga Rp40.000 per kilogram. Pear Hijau Rp50.000 per kilogram,” terangnya.

Disinggung soal permintaan, Sang Ayu mengatakan, ada kenaikan sedikit dari hari biasa. Kenaikan dikatakannya sekitar 50 persen. Namun jika dibandingkan sebelum pandemi, diakuinya jauh berkurang. “Kalau sebelum pandemi kenaikan bisa dua kalilipat dibandingkan hari biasa,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh pedagang buah lainnya, Jro Wiwik. Dia juga mengatakan kenaikan harga saat ini lebih terjadi kepada buah lokal. Utamanya manggis yang sebelumnya ia jual Rp10.000 per kilogram menjadi Rp20.000 per kilogram.

Menurutnya, hal ini terjadi karena dari awal masyarakat cenderung memilih buah lokal mengingat harganya lebih murah. “Ternyata setelah banyak permintaan, pasokan jadi minim, sehingga harga pun naik,” ujarnya. *wid

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer