Denpasar (bisnisbali.com)-Pandemi covid-19 masih memberi dampak pada lesunya perekonomian masyarakat. Hal ini juga berpengaruh terhadap minimnya permintaan daging babi menjelang hari raya Galungan dan Kuningan. Plt. Kepala Rumah Potong Hewan (RPH) Pesanggaran AA Gede Kamayun, Jumat (5/11) mengatakan di tengah pandemi, permintaan daging babi menurun. Pada hari biasa, permintaan hanya terjadi sekitar 40 ekor. Berbeda dengan sebelumnya (sebelum pandemi covid-19) permintaan mencapai 125 ekor per hari.
Kondisi ini, menurut Kamayun, juga terjadi menjelang hari raya Galungan tahun ini. āSeperti Galungan enam bulan lalu, pemotongan di RPH hanya mencapai 100 ekor per hari tepatnya pada H-2 dan H-1 Galungan,ā bebernya.
Hal ini dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang sangat lesu setelah hampir 2 tahun pandemi melanda dunia. Di samping itu, harga daging babi yang masih tinggi yakni sekitar Rp 85.000 hingga Rp 90.000 per kilogram. Berbeda sebelum wabah babi menyerang, harga daging babi mencapai Rp 60.000 per kilogram.
āKalau dulu sistem patungan itu banyak. Banjar-banjar biasanya mapatung (patungan) dan potong di RPH. Namun sekarang kebanyakan warga hanya membeli sekilo-dua kilogram di pasar,ā terang Kamayun.
Minimnya permintaan babi juga diungkap Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) I Ketut Hari Suyasa. Dia mengatakan meski saat ini populasi babi baru mencapai 40 persen dari normal, jumlah tersebut cukup untuk memenuhi permintaan masyarakat menjelang Galungan. Hal ini dikarenakan permintaan tidak akan banyak, mengingat masih lesunya perekonomian masyarakat. āPermintaan saat ini tidak akan signifikan seperti Galungan sebelumnya, sebelum pandemi covid-19 melanda,ā ungkapnya. *wid