Tabanan (bisnisbali.com) –Mampu menghemat biaya produksi karena semua bahan baku tersedia di alam, menjadi daya tarik bagi sejumlah petani di Kecamatan Pupuan usai mengikuti pelatihan biodinamik dalam upaya mendukung kedaulatan pangan. Betapa tidak, saat ini di tengah dampak pandemi upaya melakukan penghematan biaya produksi di sektor pertanian jadi hal penting harus dilakukan dalam menopang pendapatan atau ekonomi usaha tani.
Pekaseh Subak Tibu Dalem, Kecamatan Pupuan, Wayan Sujaya usai mengikuti pelatihan, Rabu (3/11) mengungkapkan, tertarik dengan pelatihan pertanian organik melalui sistem biodinamik yang diinisiasi Yayasan Dharma Naradha (YDN). Penggunaan pertanian organik ini selain menjaga keseimbangan alam maupun parahyangan, juga sudah mengadopsi pertanian dengan sistem organik. Hanya saja pemanfaatannya baru sebatas menggunakan bahan baku yang ada. Di antaranya, bekas tanaman maupun buah kopi, bekas tumbuhan padi sehingga dari segi memang belum maksimal.
“Melihat dari pemaparan pemakalah mengenai biodinamik, kami sangat tertarik dan akan mencoba mencari tanduk sapi dan lainnya yang sebagian besar bahan baku tersebut atau untuk pembuatan biodinamik ini tersedia cukup melimpah,” tuturnya.
Bercermin dari itu menurutnya, dari sisi hitungan biaya untuk pembuatan biodinamik ini akan sangat hemat, bahkan tidak perlu biaya karena bahan baku hampir semua tersedia di alam. Tentunya itu akan sangat membantu sekali di tengah pandemi Covid-19 yang juga telah berdampak pada pendapatan petani, sehingga dengan biodinamik membuat biaya produksi yang ditanggung petani jadi lebih hemat atau tidak lagi dibebani untuk membeli pupuk kimia yang harganya cukup mahal, bahkan kadang sulit didapat di pasaran.
Harapannya, pelatihan biodinamik ini tidak berhenti hanya di sini saja, namun bisa terus dilakukan berkelanjutan. Upaya tersebut sekaligus dalam rangka untuk mewujudkan kedaulatan pangan melalui spirit ‘’Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ sesuai dengan visi pemerintah Provinsi Bali.
Hal senada juga diungkapkan Pekaseh Dayang Pujungan I Putu Sudana. Kata dia, pertama kali mengikuti pelatihan biodinamik dan pihaknya langsung tertarik untuk bisa mengaplikasikan. Akuinya, ketertarikan tersebut karena biodinamik ini menjadi alternatif di tengah kian mahalnya harga pupuk kimia saat ini. “Kini dengan adanya biodinamik ini kami tidak terbebani lagi dengan biaya produksi yang mahal, sehingga penghasilan petani menjadi lebih baik nantinya,” kilahnya.
Sementara itu salah satu pemakalah biodinamik, Ir. I Made Mega Adnyana, M.P mengungkapkan, biodinamik adalah sebuah sistem pertanian yang sepenuhnya memanfaatkan unsur biologis atau kehidupan sebagai pendorong dalam sistem pertanian. Paparnya, biodinamik ini terdiri dari kotoran sapi yang sudah pernah melahirkan, bahan baku tersebut kemudian dimasukan ke tanduk sapi betina yang juga sudah pernah melahirkan dan ditanam dalam tanah selama empat – enam bulan sebelum nantinya bisa digunakan untuk pemupukan. “Tanduk ini berfungsi sebagai penyerap dan energi alam, sedangkan kotoran sapi ini sebagai penghasil mikroorganisme yang dibutuhkan oleh tanaman,” tandasnya.
Tambahnya, setelah dipendam atau ditanam kemudian biodinamik ini bisa dipanen dan dimanfaatkan sekitar 15 mili gram dan dicampur dengan 20 liter air. Jumlah tersebut bisa diaplikasikan pada tanah atau lahan pertanian seluas 1 hektar. “Biodinamik yang sudah dicairkan ini bisa digunakan di areal tanah yang sudah diolah. Misalnya pada tanaman sayur mayur, serta jenis tanaman lainnya,” pungkasnya. *man