Minggu, November 24, 2024
BerandaBaliKetangguhan Destinasi Penting Dalam Tangani Covid-19

Ketangguhan Destinasi Penting Dalam Tangani Covid-19

PEMBUKAAN pariwisata Bali untuk wisatawan mancanegara dengan protokol kesehatan menjadi hal utama, seiring penurunan kasus dan pencapaian tingkat vaksinasi yang tinggi di daerah ini.

Saat ini, citra destinasi tidak lagi terletak semata-mata pada daya tarik wisata yang ditawarkan. Namun, lebih pada tata kelola atau manajemen destinasi yang lebih baik, ketangguhan destinasi dalam menangani Covid-19, serta kecerdasan masyarakatnya dalam menghadapi situasi ini. Seperti apa?

PEMBUKAAN pariwisata Bali untuk wisatawan mancanegara dengan protokol kesehatan menjadi hal utama, seiring penurunan kasus dan pencapaian tingkat vaksinasi yang tinggi di daerah ini. Itu ditandai dengan pembukaan penerbangan internasional di Bali pada 14 Oktober 2021. Banyak harapan dari pembukaan pariwisata internasional ini, di antaranya ketaatan protokol kesehatan, perbaikan pariwisata dan ekonomi di Pulau Dewata.

“Karenanya, kami di pemerintahan bersama-sama dengan aparat terbawah di desa/kelurahan dan desa adat berupaya untuk menegakkan protokol kesehatan dan menekankan kehidupan normal yang baru, yang tidak sama dengan sebelumnya,” kata Sekda Kota Denpasar, IB. Alit Wiradana, di Hotel Prama Sanur Beach, Denpasar.

Pihaknya berharap akan ada energi baru untuk membangun pariwisata di era adaptasi kebiasaan baru, dengan beberapa penyesuaian dan transformasi. Menurutnya membangun kembali pariwisata yang terpuruk adalah tugas bersama. Caranya dengan membangun komunikasi dan sinergitas yang baik dengan seluruh stakeholder pariwisata, sehingga dapat menyelaraskan visi dan misi untuk satu tujuan bersama.

Pemerintah pun diakui telah mengupayakan banyak hal untuk meningkatkan performa kinerja sektor, melindungi lokalitas, serta menjaga kondusivitas dan keberlanjutan sumber daya untuk meningkatkan dampak positif bagi masyarakat. Selain itu dalam upaya meningkatkan perekonomian melalui pertumbuhan dunia usaha, pemerintah menerbitkan Omnibus Law, yang diharapkan dapat memudahkan masyarakat untuk berusaha melalui sistem yang terintegrasi secara elektronik, memperpendek jalur birokrasi dan memetakan resiko di bidang perizinan.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, M.A. Dezire Mulyani mengatakan dibukanya kembali border pariwisata Bali untuk menerima kunjungan wisatawan, diperlukan upaya-upaya yang strategis dan sinergis untuk memulihkan pariwisata Bali, dan Kota Denpasar khususnya. “Kota Denpasar sebagai Ibu Kota Provinsi Bali, merupakan first image of  Bali, wajahnya Bali, dimana setiap langkah yang kita ambil mengandung risiko yang mempertaruhkan nama Bali secara menyeluruh,” katanya.

Ia pun menyampaikan penting bagi semua untuk tetap produktif di tengah masa pandemi, namun tetap harus mengutamakan kesehatan dan keselamatan masyarakat. Selalu taat akan protokol kesehatan, masifkan 3T (testing, tracing, treatment), galakkan program penggunaan aplikasi PeduliLindungi di semua sektor. Termasuk masyarakat tetap disiplin mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, serta menjaga jarak (3M) serta tidak berkerumun. Termasuk berupaya terus memutus rantai penyebaran Covid-19 agar tidak menjadi klaster baru, sebagaimana yang terjadi di beberapa negara yang telah membuka bordernya.

Hal ini diharapkan dapat memberikan propaganda positif di tengah situasi seperti sekarang ini, sehingga meyakinkan wisatawan bahwa Bali merupakan destinasi yang aman dan nyaman untuk dikunjungi. Hal ini penting, karena pandemi Covid-19 yang telah banyak merengut kesehatan dan jiwa di seluruh dunia, tentu menimbulkan dampak psikologis bagi semua orang, yang menyebabkan orang-orang takut bepergian.

Sementara itu Wakil Ketua BHA, Fransiska Handoko mengatakan ketangguhan destinasi maupun pelaku pariwisata tentu dari sisi persiapan protokol kesehatan. Menyambut kedatangan wisatawan, ditegaskannya, kesiapan hotel tentunya tidak perlu dipertanyakan lagi terutama bagi hotel yang masih beroperasional. Sementara bagi hotel yang tutup tentunya akan membutuhkan injeksi working capital dari pemilik untuk membuka pintu kembali untuk tamu-tamu.

Ia optimis Bali siap untuk itu karena pelaku pariwisata telah menerapkan prokes seperti 5M seperti memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi. Kemudian, peningkatan cakupan 3T (testing, tracing dan treatment) dan percepatan peningkatan cakupan vaksinasi Covid-19.

Ditambah lagi dengan penerapan prokes dan kesiapan pihak pariwisata dan hotel di Bali dengan sertifikasi Clean, Health, Safety, Environement (CHSE) dan vaksinasi karyawan. Kemudian, ditambah dengan mengakses aplikasi PeduliLindungi. Ia memprediksi kunjungan wistawan momen akhir tahun, tentunya apabila level PPKM terus turun dan jika memang sudah memenuhi kriteria untuk dicabut maka market domestik akan menjadi market utama untuk Bali.

“Sementara untuk wisatawan mancanegara diperlukan waktu yang lebih lama apalagi jika regulasi masih mempersulit perjalanan mereka seperti karantina, permohonan visa yang sulit dan ketersediaan rute pesawat ke Bali,” jelasnya. *dik

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer