Sabtu, November 23, 2024
BerandaBaliDampak Pandemi Covid-19, Peredaran Uang Tunai di Bali Menurun

Dampak Pandemi Covid-19, Peredaran Uang Tunai di Bali Menurun

Secara keseluruhan, peredaran uang di Bali sebagai episentrum pariwisata Indonesia cukup besar, dengan nilai permintaan uang atau outflow tercatat sebesar Rp1,75 triliun dan jumlah uang yang disetorkan masyarakat ke BI atau inflow tercatat sebesar Rp4 triliun pada triwulan I 2021.

Denpasar (bisnisbali.com) –Secara keseluruhan, peredaran uang di Bali sebagai episentrum pariwisata Indonesia cukup besar, dengan nilai permintaan uang atau outflow tercatat sebesar Rp1,75 triliun dan jumlah uang yang disetorkan masyarakat ke BI atau inflow tercatat sebesar Rp4 triliun pada triwulan I 2021.

Meskipun besar, ternyata nilai tersebut turun apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Itu menggambarkan ekonomi Bali yang terkontraksi cukup dalam karena pengaruh Covid-19. Salah satu penyebab adalah adanya pembatasan mobilitas masyarakat sehingga jumlah turis baik domestik maupun mancanegara berkurang secara signifikan.

Kendati sempat terkontraksi cukup dalam, Trisno mengakui momentum pemulihan ekonomi Bali telah mulai terlihat sejak triwulan II tahun 2021 dengan mulai terkendalinya penanganan pandemi baik dari aspek kesehatan melalui vaksinasi hingga aspek ekonomi melalui digitalisasi. Oleh karena itu selain memastikan ketersediaan rupiah, BI juga mendorong transformasi digital khususnya dalam hal sistem pembayaran.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Bali berupaya memenuhi kebutuhan uang tunai dalam jumlah yang cukup di wilayah Terpencil, Terdepan dan Terluar (3T). Itu termuat dalam kegiatan ”Penyambutan Tim Ekspedisi Singa Nusantara 2021” di Nusa Penida.

Kepala KPw BI Bali, Trisno Nugroho menerangkan ekspedisi Singa Nusantara 2021 sendiri adalah kegiatan yang digagas oleh BI bekerja sama dengan TNI AL untuk mengunjungi wilayah 3T dalam rangka menjalankan salah satu tugas utama bank sentral yaitu menyediakan kebutuhan uang tunai dalam jumlah yang cukup, pecahan yang sesuai, layak edar dan tepat waktu.

Titik-titik lokasi yang dikunjungi oleh tim ekspedisi meliputi Pulau Masalembo, Kangean, dan Sapeken yang berada di wilayah Jawa Timur dan berakhir di Pulau Nusa Penida yang berada di Provinsi Bali. “Pulau Nusa Penida dipilih menjadi titik akhir karena Nusa Penida merupakan salah satu icon destinasi wisata populer di Bali seperti Pantai Kelingking, Crystal Bay, dan Angle Bilabong yang mengundang minat wisatawan domestik maupun mancanegara yang pastinya membutuhkan ketersediaan uang rupiah,” ujarnya.

Kegiatan di sini selain terkait dengan distribusi uang rupiah seperti penukaran uang lusuh dan uang rusak kepada masyarakat, juga menyalurkan bantuan kepada 3 pura, 1 masjid dan 1 sekolah sebagai bentuk kepedulian BI. Pada saat ini, BI sedang mendorong Gerakan Cinta Bangga dan Paham Rupiah. Rupiah sebagai simbol kedaulatan negara harus dicintai dan dipahami penggunaannya.

“Untuk itu, kami berharap masyarakat mampu menjaga uang rupiah dalam kondisi baik dengan cara tidak dirobek, diremas, dicoret, distapler, dan dibasahi. Hal tersebut penting karena kondisi uang rupiah, sebagai simbol kedaulatan Indonesia, dapat mempengaruhi citra Indonesia,” jelasnya.

Secara keseluruhan, Trisno menjabarkan peredaran uang di Bali sebagai episentrum pariwisata Indonesia cukup besar, dengan nilai permintaan uang atau outflow tercatat sebesar Rp 1,75 triliun dan jumlah uang yang disetorkan masyarakat ke BI atau inflow tercatat sebesar Rp 4 triliun pada triwulan I 2021. Meskipun besar, ternyata nilai tersebut turun apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Itu menggambarkan ekonomi Bali yang terkontraksi cukup dalam karena pengaruh Covid-19. Salah satu penyebab adalah adanya pembatasan mobilitas masyarakat sehingga jumlah turis baik domestik maupun mancanegara berkurang secara signifikan.

Kendati sempat terkontraksi cukup dalam, Trisno mengakui momentum pemulihan ekonomi Bali telah mulai terlihat sejak triwulan II tahun 2021 dengan mulai terkendalinya penanganan pandemi baik dari aspek kesehatan melalui vaksinasi hingga aspek ekonomi melalui digitalisasi. Oleh karena itu selain memastikan ketersediaan rupiah, BI juga mendorong transformasi digital khususnya dalam hal sistem pembayaran. *dik

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer