Denpasar (bisnisbali.com) – Pembukaan pariwisata Bali untuk wisatawan mancanegara diharapkan dapat membangkitkan dunia wisata di daerah ini sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi seiring kedatangan wisatawan mancanegara. Namun demikian, sebelum pandemi Covid-19 ini benar-benar tuntas maka diprediksi pertumbuhan ekonomi seperti sebelum pandemi akan sulit terwujud.
“Kita tunggu agar pandemi ini benar-benar tuntas, maka barulah optimisme ekonomi cepat pulih dan berharap melesat seperti dulu,” kata pemerhati ekonomi dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bali International Institute of Tourism Management (STIE BIITM) Sahid Bali, Dr. Luh Kadek Budi Martini, S.E., M.M., Minggu (17/10).
Ia menerangkan selama pandemi Covid-19 dan varian baru masih ada, agaknya sulit bagi dunia pariwisata untuk bangkit seperti dulu. Sebab, dunia pariwisata penuh dengan kegiatan kerumunan, happy, makan-makan dan yang sejenisnya. “Sementara akibat pandemi ini, semua itu tidak diperbolehkan. Jadi bertolak belakang,” ujarnya.
Bagaimana denagn pembukaan pariwisata Bali bagi wisatawan mancanegara? Kata Dr. Budi Martini, jika pun Bali sudah dibuka untuk kedatangan wisatawan asing, tapi karena persyaratannya yang ketat, maka kemungkinan wisatawan enggan untuk datang. Ia mencontohkan harus vaksin 2x dan lolos PCR di negaranya, sang wisatawan harus dikarantina 5 hari dengan biaya sendiri. Tentu itu cukup memberatkan si wisatawan, terlebih lagi lenght of stay (masa tinggal) wisatawan di masa lalu rata-rata 4-5 hari, maka jika ditambah 5 hari untuk karantina, tentu hal itu sangat berat alias tidak menarik bagi wisatawan.
“Artinya, kita harus berupaya agar pandemi ini cepat selesai dan keadaan normal bisa kembali,” paparnya sambil menyarankan protokol kesehatan di masyarakat harus terus ditingkatkan. Masyarakat jangan lelah sebab protokol kesehatan kini menjadi gaya hidup baru dan menjadi adaptasi baru hidup berdampingan dengan virus corona. Salah satu caranya, tidak lain dengan patuh dan benar menerapkan protokol kesehatan (prokes) mulai 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir dan menjaga jarak. Kemudian, peningkatan cakupan 3T (testing, tracing dan treatment) dan percepatan peningkatan cakupan vaksinasi Covid-19. Masyarakat pun perlu memahami walaupun sudah mendapatkan vaksinasi tetap pelaksanaan prokes tetap dilakukan. Intinya, bukan berarti sudah divaksinasi tidak menjalanka prokes. Sebab peningkatan imunitas tidak hanya dari vaksinasi saja sehingga dengan menjalankan prokes perlindungan menjadi double.
Bali dan tempat destinasi lain di Indonesia, untuk sementara cukup berharap dari wisatawan domestik saja dulu. Meskipun spending of money (pengeluaran uang) wisatawan domestik tidak sebesar wisatawan asing, tapi paling tidak bisa menggeliatkan ekonomi Bali. “Jika wisatawan asing sudah ada masuk, terlebih jika jumlahnya semakin banyak, tentu hal itu akan dapat menjadi motor penggerak ekonomi Bali kembali seperti dulu,” paparnya.
“Kita harus akui, dominasi sumbangan sektor tersier (termasuk pariwisata) kepada PDRB Bali yang sekitar 66,5 persen, tentu memerlukan waktu yang tidak sedikit jika harus transformasi (bergeser),” imbuhnya.
Ia pun menilai masyarakat yang sudah terbiasa di industri pariwisata, maka upaya menggeser ke sektor primer (pertanian dan yang sejenisnya) tidaklah mudah (bahkan sangat sulit). *dik