Denpasar (bisnisbali.com) – Pandemi Covid-19 memberikan pengaruh signifikan terhadap perekonomian Bali. Tak terkecuali lembaga keuangan yang juga terkena dampaknya. Untuk mampu bertahan, prinsip kehati-hatian jadi hal yang harus diperhatikan.
Pengamat Ekonomi Prof. Dr I Wayan Ramantha, S.E. M.M. Ak, Rabu (29/3) mengatakan, dalam situasi ini kemampuan ekonomi masyarakat menurun dan semua sektor usaha mengalami dampaknya. Hal ini menjadi perhatian lembaga keuangan termasuk lembaga keuangan mikro.
Prof. Ramantha menekankan agar prinsip kehati-hatian harus dilakukan, terpenting lembaga keuangan mikro baik koperasi ataupun LPD harus berjalan pada rel nya. “Dalam kondisi normal saja harus hati-hati apalagi dalam kondisi saat ini. Artinya tidak boleh ada aturan-aturan yang dilanggar. Ibarat kereta api, harus berjalan pada relnya,” ungkapnya.
Beberapa hal dikatakan Prof. Ramantha yang harus diperhatikan lembaga keuangan mikro saat ini. Pertama, penyediaan likuiditas dua kali lipat lebih banyak dibandingkan saat normal. Selanjutnya dalam penyaluran kredit lebih diperhatikan dari sisi kemampuan bayar calon konsumen, agunan serta karakteristik dari calon konsumen. “Kapasitas (kemampuan) membayar di tengah ekonomi sulit saat ini pasti menurun, karena kehilangan pendapatan atau dirumahkan. Maka dari itu, harus hati-hati dalam penyaluran kredit,” ungkapnya.
Sementara untuk kredit yang sudah berjalan, namun ada kesulitan dalam pembayaran, lembaga keuangan mikro dikatakannya bisa mengambil langkah strukturisasi kredit dengan melihat peluang pembayaran yang masih bisa dilakukan. Restrukturisasi dikatakannya bisa dengan perpanjang jangka waktu angsuran.
Dari segi tabungan dan deposito, lembaga keuangan mikro juga diimbau hati-hati dalam memberikan bunga besar kepada nasabah. Meski saat ini mengusahakan likuiditas yang banyak. “Jangan sampai jor-joran bunga besar, pendapatan ga ada. Apa yang dipakai membayar nanti. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap modal,” terangnya.
Demikian dikatakannya, saat ini lembaga keuangan mikro diimbau tidak mengejar laba terlalu tinggi, namun lebih kepada upaya bertahan. “Terpenting yaitu bagaimana strategi bertahan,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Koperasi Indonesia Wilayah (Dekopinwil) Bali I Wayan Murja mengatakan, beberapa hal sudah dilakukan koperasi untuk menjaga eksistensinya masing-masing. Pertama pemberian relaksasi kredit ataupun restrukturisasi yang disesuaikan dengan kebijakan masing-masing koperasi. Kedua melakukan penghematan pengeluaran. “Pengeluaran yang masih bisa ditunda, ditunda terlebih dahulu. Seperti acara HUT, gathering ataupun invetasi lain yang bisa ditunda. Namun tidak sampai menunda gaji karyawan,” terangnya.
Selain itu, koperasi saat ini juga bisa meminta relaksasi kepada bank yang selama ini memberikan dana. “Terakhir pemanfaatan stimulus pemerintah. Apa pun stimulus yang diberikan itu kita manfaatkan,” imbuhnya. *wid