Denpasar (bisnisbali.com) –Selama pandemi Covid-19 ini, investor Bali mengalami kenaikan dan ada juga mengunakan pasar modal sebagai mata pencaharian yang baru (trader). Pelaksanaan PPKM untuk menekan laju Covid-19 dan varian baru tidak menghalangi aktivitas investor pasar modal Bali.
“Makin banyak investor Bali yang melirik pasar modal kendati pelaksanaa PPKM tentunya berdampak pada sektor industri pasar modal dan emiten/perusahaanya (terutama sektor retail),” kata Remaiser Kemitraan RHB Sekuritas, Tjokorda Agung Nata Arimbawa di Denpasar.
Diakui di tengah pandemi Covid-19 yang berpengaruh pada perekonomian membuat masyarakat mencari alternatif pendapatan baru dengan melirik investasi di pasar modal. Kondisi ini secara tidak langsung menggairahkan kinerja pasar modal dan munculnya investor baru.
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Denpasar Agus Andiyasa menyampaikan hal sama. Per Agustus 2021, jumlah investor pasar modal secara keseluruhan (saham, obligasi, reksadana dan produk turunannya) di Bali sebanyak 125.451 investor atau bertumbuh sebesar 46,834 investor baru atau 60 persen dari tahun sebelumnya (YTD). “Begitu pula per Agustus 2021, jumlah investor saham di Bali sebanyak 64.612 investor atau bertumbuh sebesar 25.915 investor baru atau 66,97 persen dari tahun sebelumnya (YTD),” katanya.
Ia pun menyampaikan jika dilihat dari pertumbuhan investor baru (saham) setiap bulannya, secara year on year (YoY) per Agustus 2021 mengalami pertumbuhan 276 persen. Itu terlihat dari transaksi saham di Bali per Agustus 2021, total transaksi saham di Bali sudah mencapai kurang lebih Rp 32,2 triliun. “Jumlah ini sudah mencapai 131 persen dari total transaksi saham di tahun 2020 sebelumnya,” ujarnya.
Sementara secara nasional, jumlah pertumbuhan investor saham baru meningkat pesat. Terhitung hanya dalam kurun waktu delapan bulan saja di tahun ini, jumlah investor meningkat hampir dua kali lipat dari pencapaian sebelumnya pada tahun 2020 yang berjumlah 590.658 single investor identification (SID) baru.
“Optimalisasi digital yang dimulai sejak tahun 2019 serta dimaksimalkan pada tahun 2020 kemarin, yang kemudian dilanjutkan dengan sinergi serta kolaborasi bersama seluruh pemangku kepentingan pasar modal, telah menjadi kekuatan pengembangan investor pada tahun 2021 dan menjadi alasan utama bagi pesatnya peningkatan jumlah investor baru pada tahun ini,” jelas Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi belum lama ini.
Ia menjabarkan sepanjang tahun 2021, telah tercipta satu juta investor saham baru sehingga per 31 Agustus 2021 telah tercapai 2.697.832 jumlah SID saham. Pencapaian tersebut mengukir rekor tertinggi sepanjang sejarah dan menjadi persembahan bagi 44 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia.
Ia mengatakan pencapaian ini diraih beriringan pula dengan terciptanya rekor baru untuk pertumbuhan SID pasar modal. Jumlah investor baru pasar modal sampai dengan 31 Agustus 2021 mencapai 2.219.712, meningkat hampir 2 kali lipat dari pencapaian tahun lalu, sehingga total investor pasar modal saat ini adalah 6.100.525 investor.
Menurut Inarno, fokus Self Regulatory Organization (SRO), yang terdiri dari BEI, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengakselerasi transformasi digital pada tahun 2019 dan 2020, telah berdampak positif bagi terciptanya tonggak baru pencapaian pasar modal Indonesia tersebut.
Pencapaian tersebut sejalan dengan arahan yang disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen pada akhir tahun lalu. Pada kesempatan itu, Hoesen mengatakan bahwa BEI, bersama seluruh pemangku kepentingan di pasar modal Indonesia, perlu untuk melanjutkan pengembangan pasar modal yang berkelanjutan melalui inovasi yang visioner dengan memanfaatkan kemajuan teknologi seiring dengan situasi pandemi Covid-19 di Indonesia. *dik