Tabanan (bisnisbali.com) –Desa wisata di Kabupaten Tabanan diharapkan segera mengantongi Quick Response (QR) Code PeduliLindungi.com sebagai upaya menggerakkan ekonomi dan memastikan keamanan wisatawan. Saat ini Kabupaten Tabanan memiliki 25 desa wisata yang hampir menyebar di seluruh kecamatan.
Kepala Dinas Pariwisata Tabanan I Gede Sukanada, Selasa (14/9) mengungkapkan secara normatif syarat pada uji coba pembukaan desa wisata di Kabupaten Tabanan yang tercatat 25 sama dengan syarat di daya tarik wisata (DWT). Salah satunya mengadopsi platform ‘’PeduliLindungi’’, namun pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
“Kami akui pemerintah provinsi masih tahapan sosialisasi platform ‘’PeduliLindungi’’. Namun, kami dorong semaksimal mungkin platform tersebut dimiliki pengelola wisata karena kami butuhkan itu untuk pergerakan ekonomi dan kepastian keamanan wisatawan,” tuturnya.
Menurutnya, bercermin dari itu para pengelola desa wisata harusnya segera melengkapi dengan platform PeduliLindungi untuk bisa menerima kunjungan wisatawan. Akan tetapi di lapangan karena mungkin sudah jenuh akibat sepi kunjungan, beberapa desa wisata membuka kunjungan untuk wisatawan meski belum mengadopsi platform PeduliLindungi.
Di sisi lain, kalangan usaha atau pengelola pariwisata masih terkendala untuk bisa mengantongi platform tersebut. Sebab, pendaftaran platform PeduliLindungi harus dilakukan oleh masing-masing pengelola wisata secara online. Masalahnya, banyak yang antre untuk mendapatkan rekomendasi hak akses penggunaan aplikasi PeduliLindungi setelah permohonan divalidasi oleh sistem. Selain itu, tidak menutup kemungkinan ada sejumlah pendaftar yang persyaratannya belum lengkap, sehingga membutuhkan waktu untuk melengkapi kembali. “Terkait kendala tersebut kami coba jembatani, sehingga secara prosedural semua sudah siap atau paling tidak bisa menerapkan protokol kesehatan secara ketat,” ujarnya.
Sukanada juga memahami ada sejumlah pengelola desa wisata yang enggan mengurus platform PeduliLindungi karena pertimbangan wisatawan mancanegara (wisman) yang selama ini menjadi pangsa pasar mereka belum datang ke Bali. Mereka menunggu kedatangan pangsa pasar tersebut untuk melengkapi dengan platform PeduliLindungi. Terkait itu, pihaknya mengimbau saat ini yang paling nyata adalah menggarap pasar domestik.
“Potensi mendatangkan keuntungan pangsa pasar wisatawan mancanegara lebih menjanjikan, namun ke depan kita juga harus mulai berpikir potensi pasar yang ada saat ini. Sebab, bagaimana pun jika hanya patokannya menunggu wisman, kapan kita bisa buka. Nah, pemahaman ini yang harus kita bangun ke depannya,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Badan Pengelola Desa Wisata Pinge, A.A. Ngurah Putra Arimbawa, menyampaikan saat ini Desa Wisata Pinge sudah dibuka untuk menerima kedatangan wisatawan. Hanya, sampai kini belum ada pemesanan dari wisatawan untuk datang ke Desa Pinge. Selama ini pangsa pasar wisatawan yang datang berasal dari kalangan kampus, sekolah dan wisman.
”Saat ini pangsa pasar wisman belum bisa datang ke Bali seiring masih ditutupnya Pulau Dewata untuk penerbangan langsung dari negara lain,” jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya belum menyiapkan penggunaan QR barcode platform PeduliLindungi. Persiapan menerima kunjungan wisatawan baru sebatas menata kawasan hingga penerapan CHSE di kawasan dan kalangan homestay yang menjadi wisata unggulan di Desa Pinge selama ini. *man