Tabanan (bisnisbali.com) – Jumlah nelayan pemula atau baru terus mengalami pertumbuhan tahun ini. Hanya, umumnya para nelayan pemula ini baru sekadar melakukan aktivitas memancing di laut atau belum melaksanakan kegiatan seperti nelayan pada umumnya.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tabanan I Ketut Arsana Yasa, Senin (6/9), menyampaikan nelayan pemula ini sebagian besar merupakan pekerja yang sebelumnya bergelut di dunia pariwisata dan akibat pandemi ini mencoba peruntungan baru sebagai nelayan. Umumnya mereka mulai memancing ikan di laut, belum menangkap dengan jaring atau alat tangkap lainnya. ”Sekarang ini mungkin 50 orang lebih yang mulai beralih. Jumlah tersebut berpeluang terus tumbuh dan semoga menetap sehingga terjadi regenerasi profesi,” ujarnya.
Bertumbuhnya jumlah nelayan ini membawa semangat baru bagi sektor perikanan tangkap di Kabupaten Tabanan. Sebab, saat ini sudah mulai banyak generasi muda yang ingin meneruskan profesi orangtuanya sebagai nelayan meskipun belum 100 persen.
Di sisi lain, terkait cuaca dalam satu pekan ke depan yang masih dibayangi oleh potensi terjadinya gelombang tinggi di laut, pihaknya mengimbau para nelayan istirahat sejenak meski saat ini merupakan musim panen untuk tangkapan lobster. Ini untuk meminimalkan risiko yang terjadi ketika melaut akibat gelombang tinggi. “Kondisi cuaca di laut sedang buruk. Sesuai data dari BMKG, gelombang tinggi bisa terjadi hingga satu pekan ke depan mencapai 2 sampai 3 meter,” jelas pria yang juga anggota DPRD Tabanan ini.
Arsana Yasa menerangkan, selama ini para nelayan Tabanan cukup bersyukur meskipun tangkapan tahun ini menurun dibandingkan tahun lalu. Sebab, sekali melaut para nelayan bisa mendapatkan tangkapan lobster berukuran di atas 150 gram antara 1,5 hingga 2,5 kilogram. “Harga lobster cukup tinggi saat ini, mencapai Rp 280 ribu per kilogram. Sebelumnya bahkan sempat menyentuh harga Rp 340 ribu, namun sekarang sudah turun,” tambahnya. *man