Tabanan (bisnisbali.com) –Dalam upaya menjaga kawasan agar siap menerima kunjungan ketika pariwisata Bali dibuka nanti, Desa Wisata Pinge, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan tutup sementara selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Meski tutup, pengelolanya tetap beraktivitas salah satunya membuat video profil kawasan objek yang mengandalkan keindahan alam terbuka (outdoor) ini.
Ketua Badan Pengelola Desa Wisata Pinge, A.A. Ngurah Putra Arimbawa, mengungkapkan selama penutupan sementara, pihaknya memanfaatkan waktu dengan melakukan perawatan kawasan dan terus melengkapi fasilitas penunjang di objek wisata. Upaya tersebut dibantu alokasi dana dari desa adat yang memiliki program terkait kebersihan dan pemeliharaan desa.
“Program dari desa adat kami gabungkan dengan upaya perawatan dan penataan desa wisata di tengah nihilnya pendapatan objek saat ini,” tuturnya, Jumat 6/8).
Penataan kawasan juga diupayakan secara swadaya oleh warga, khususnya untuk memperbanyak kelengkapan fasilitas cleanliness, health, safety, environment (CHSE) di rumah–rumah yang menyediakan layanan home stay selama ini. Minimal wajib melengkapi diri dengan fasilitas CHSE dan melakukan perawatan secara kontinu agar ketika pariwisata dibuka nanti, fasilitas tetap terjaga dengan baik.
Dijelaskannya, selain perawatan kawasan dan terkait upaya promosi, Desa Wisata Pinge telah mempersiapkan video dan foto profil kawasan. Pembuatan video dan foto profil kawasan dibantu oleh kampus Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional (IPBI) dari sisi dana sejalan dengan program kampus dalam upaya membantu mempromosikan tujuan wisata. “Semua itu kami lakukan agar tetap selalu menggeliat di tengah PPKM sekaligus sebagai persiapan dan berharap pariwisata bisa segera dibuka,” ujar Ngurah Putra Arimbawa.
Saat ini Desa Wisata Pinge sudah mengantongi sertifikat CHSE dari Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan, sedangkan sertifikat CHSE dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) belum diperoleh, bahkan belum diverifikasi meski sudah mengajukan sebelumnya. Lamanya proses untuk mendapatkan sertifikat CHSE dari Kemenparekraf kemungkinan karena proses verifikasi dilakukan secara bertahap, mengingat jumlah akomodasi pariwisata yang mengajukan cukup banyak.
Kesiapan menerima kunjungan wisatawan juga tercermin dari dukungan warga di Desa Wisata Pinge yang sudah menjalankan vaksinasi tahap I Covid-19, termasuk menyasar anak sesuai ketentuan pemerintah. “Sebagian besar masyarakat di sini sudah divaksinasi Covid-19. Terkecuali ada warga yang memiliki penyakit tertentu maka tidak divaksinasi,” tambahnya. *man