Denpasar (bisnisbali.com) –Pemerhati ekonomi mengapresiasi adanya perbaikan kondisi ekonomi Bali pada triwulan II/2021 terutama di masa pandemi Covid-19. Kendati demikian diingatkan agar jangan lengah mengingat triwulan III masih dibayangi kenaikan kasus positif sehingga penerapan protokol kesehatan 3M dan 6M harus terus ditingkatkan.
Sesuai dengan data yang dirilis BPS, ekonomi Bali pada triwulan II 2021, tumbuh 5,73 persen dibandingkan degan triwulan I 2021 dan tumbuh 2,83 persen dibandingkan tahun lalu (triwulan II 2020). “Adanya pertumbuhan ekonomi ini dapat diartikan bahwa pada dasarnya aktivitas ekonomi masyarakat telah mulai melakukan adaptasi dengan kondisi pandemi Covid-19,” kata pemerhati ekonomi FEB Undiknas University, Agus Fredy Maradona, Ph.D., CA. di Denpasar, Jumat (6/8).
Namun demikian, ia menegaskan perlu digarisbawahi selama triwulan II 2021, Bali belum menerapkan PPKM. Pada triwulan II 2021, optimisme masyarakat dan para pelaku usaha di Bali sangat tinggi karena adanya harapan pembukaan pariwisata bagi wisatawan mancanagera pada Juli 2021 sebagaimana diwacanakan oleh pemerintah pusat.
AF Maradona pun menerangkan menyimak data BPS, perlu juga memperhatikan bahwa semenjak terjadinya pandemi Covid-19, kontribusi sektor pariwisata serta penyedian makanan dan minuman bagi perekonomian Bali terus menurun. Hal ini sangat logis mengingat sektor tersebut menghasilkan produk yang utamanya merupakan pemuas kebutuhan tersier manusia. “Saya memprediksi bahwa apabila PPKM ini terus berlanjut, maka pada triwulan berikutnya kontribusi sektor ini terhadap ekonomi Bali akan terus menurun,” ujarnya.
Apabila sektor pariwisata serta penyedian makanan dan minuman semakin menurun kontribusinya bagi perekonomian Bali, maka di sisi lain sektor pertanian justru semakin besar kontribusinya bagi perekonomian Bali. “Hal ini hendaknya menjadi catatan bagi pemerintah. Sudah saatnya pemerintah benar-benar menyiapkan strategi diversifikasi ekonomi agar Bali tidak lagi semata-mata bergantung pada sektor pariwisata,” tegasnya.
“Sudah seharusnya diversifikasi ekonomi tidak lagi sekadar wacana, tetapi berupa strategi dan program nyata untuk berinvestasi di sektor-sektor ekonomi lain seperti sektor pertanian yang memiliki potensi sebagai penyangga perekonomian Bali,” imbuhnya.
Hal sama dikatakan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimanda dalam kegiatan Osbim belum lama ini. BI memperkirakan Bali akan tumbuh positif kecil di triwulan II. Namun demikian, akan kembali negatif di triwulan III akibat pemberlakuan PPKM Darurat selama Juli. Dengan demikian, secara keseluruhan tahun 2021, Bali diperkirakan masih terkontraksi dalam kisaran -4 persen sampai dengan -2 persen.
Selanjutnya, Rizki merekomendasikan beberapa upaya pemulihan pariwisata. Untuk upaya jangka pendek yang dapat dilakukan antara lain sertifikasi CHSE, dana hibah pariwisata dan mempersiapkan pariwisata mancanegara dengan konsep Bali Safe Travel (Travel Bubble). Untuk jangka menengah, kata Rizky Bali yang selama ini mengandalkan pariwisata sebagai sumber meningkatkan perekonomian, harus lebih serius mengembangkan dua sektor yakni pertanian dan pendidikan.
Pertanian masih banyak menggunakan sistem konvensional, bisa dikembangkan digital farming dan smart farming. Selain itu, potensi Bali dari sisi industri kreatif dan desain luar biasa, sangat cocok digarap untuk membangkitkan ekonomi Bali. “Sementara itu, upaya jangka panjang melalui strategi refocusing pariwisata dari mass tourism menjadi quality tourism di antaranya maritime tourism, medical tourism, MICE/Blessure, dan nomadic tourism,” jelasnya.
Ia pun menjelaskan jangan hanya mengandalkan dari rencana dibukanya kunjungan wisatawan mancanegara. Bila kasus Covid-19 tidak menurun maka sulit juga wisatawan mancanegara yang mau datang. Menurutnya banyak pertimbangan yang harus di perhatikan terutama menuntaskan vaksinasi dan untuk meningkatkan herd immunity masyarakat Bali dan jangan lalai menerapkan protokol kesehatan (prokes ).
Prokes dengan peningkatan kepatuhan 5M seperti memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi. Kemudian, peningkatan cakupan 3T (Testing, Tracing dan Treatment) dan percepatan peningkatan cakupan vaksinasi Covid-19. Ia meyakini pemulihan ekonomi Bali bisa dilakukan dengan percepatan penanganan Covid-19 dan diversifikasi ekonomi Bali melalui berbagai sektor potensial.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, S.E., M.Si., menyampaikan 5 optimisme percepatan pemulihan ekonomi Bali dapat dilakukan dengan cara pertama percepatan penanganan Covid-19. Kedua, mempercepat pemulihan perekonomian Bali dilakukan dengan diversifikasi ekonomi melalui berbagai sektor potensial seperti ekonomi kreatif dan digital, pendidikan, pertanian dan kesehatan. Termasuk di dalamnya program Work from Bali bagi BUMN.
Pelaksanaan vaksinasi Bali wide guna mencapai kekebalan komunal yang dilanjutkan dengan pembukaan koridor Bali bagi wisman. Ketiga meningkatkan efektivitas berbagai program pemulihan ekonomi. Kemudian keempat transformasi ekonomi Bali, menyeimbangkan sektor pariwisata, pertanian dalam arti luas, dan ekonomi kreatif berbasis kultural. Terkahir kelima pemanfaatan jendela peluang (Bonus Demografi) sebagai dampak dari tingginya proporsi penduduk usia produktif. *dik