Nelayan Diimbau Waspada dan Amankan Alat Tangkap

Ancaman terjadinya cuaca buruk yang ditandai tingkat curah hujan, angin kencang dan gelombang tinggi diperkirakan menghantui nelayan di Kabupaten Tabanan dalam kurun waktu seminggu ke depan.

262
NELAYAN - Aktivitas sejumlah nelayan di salah satu pantai Kabupaten Tabanan.

Tabanan (bisnisbali.com) – Ancaman terjadinya cuaca buruk yang ditandai tingkat curah hujan, angin kencang dan gelombang tinggi diperkirakan menghantui nelayan di Kabupaten Tabanan dalam kurun waktu seminggu ke depan. Bercermin dari potensi bencana tersebut, nelayan diimbau waspada dan mengamankan alat tangkap.

Menurut Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tabanan I Ketut Arsana Yasa, cuaca buruk ditandai tingkat curah hujan tinggi yang terjadi belakangan ini berdampak juga pada kondisi di laut selatan Kabupaten Tabanan. “Pada Minggu (1/8) ketinggian gelombang laut sempat menyentuh level 4-5 meter. Kondisi tersebut cukup tinggi dan dengan interval kedatangan sangat cepat yaitu 3-5 detik. Artinya, gelombang besar terjadi bertubi-tubi saat itu,” terangnya, Rabu (4/8).

Saat ini ketinggian gelombang laut di pantai selatan Tabanan sudah berangsur-angsur turun, sehingga pada Jumat dan Sabtu nanti nelayan bisa kembali melaut. Hanya, kondisi tersebut tidak berlangsung lama, karena BMKG memprediksi pada Rabu (11/8) mendatang terjadi lagi potensi gelombang tinggi.

Berdasarkan pengalaman, jika tiga hari sebelum terjadinya potensi gelombang tinggi merupakan bulan mati (tilem), potensi ancaman akan bertambah dengan adanya potensi gelombang air laut yang akan meluber ke daratan atau melewati bibir pantai. “Gelombang tinggi dan air pasang ini misalnya yang terjadi di kawasan Pantai Pasut dan Pantai Kelating bisa sampai naik ke daratan hingga menyentuh jalan raya,” ujar Arsana Yasa.

Anggota DPRD Tabanan ini menjelaskan, itu terjadi karena adanya potensi gelombang tinggi dan pengaruh gelombang pasang pada momen purnama dan tilem. Oleh karenanya, pihaknya akan mengeluarkan peringatan kepada nelayan di Tabanan agar mengamankan alat tangkap agar tidak hanyut terbawa gelombang tinggi dan air pasang.

Ditambahkannya, pada Agustus dan September kondisi cuaca untuk melaut memang berada dalam kondisi tidak stabil, bahkan lebih banyak ancaman cuaca buruk daripada baiknya. Akan tetapi pada periode tersebut potensi tangkapan khususnya lobster di pantai selatan Tabanan lumayan dibandingkan biasanya. Potensi harga lobster juga cukup mahal karena pasokan dari luar negeri atau negara kompetitor tidak ada.

Untuk mengisi kebutuhan permintaan lobster di pasar ekspor biasanya didatangkan dari Indonesia, sehingga harga lobster menjadi tinggi di pasar ekspor. “Hanya, dalam memanfaatkan peluang tersebut nelayan harus mempertimbangkan manajemen risiko. Khususnya alat tangkapan tidak mudah dibawa ke daratan lagi,” pungkasnya. *man