SUDAH hampir 1,5 tahun kita berada pada bayang-bayang pandemi Covid-19 yang tak jelas kapan akan berakhir. Di tengah penerapan PPKM, banyak yang membuka peluang bisnis yang cocok dengan keadaan pandemi. Salah satunya, bisnis madu yang mempunyai prospek untuk dikembangkan di masa pandem ini .
Pandemi Covid-19 ternyata menjadi berkah bagi Dr. I Wayan Wahyudi, S.Si., M.Si., pemilik Agrowisata Lebah Royal Honey Sakah di Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Madu kele-kele produk usaha Wayan Wahyudi dipercaya mampu meningkatkan imunitas, sehingga banyak kalangan mengkonsumsinya saat pandemi Covid-19.
“Sejak pandemi Covid-19, permintaan madu meningkat tiga kali lipat,” ungkapnya saat ditemui Tim Bisnis Bali News di Agrowisata Lebah Royal Honey Sakah, Desa Batuan Kaler, belum lama ini. Konsumen madunya berasal dari berbagai kalangan, mulai tenaga kesehatan, pasien corona, orang tanpa gejala (OTG) yang menjalani karantina hotel, hingga masyarakat umum. Ia meyakini madu hasil usahanya sudah beredar di hampir seperempat wilayah Pulau Bali.
“Pemasaran dilaklukan dengan sistem marketing. Saya punya banyak reseller. Contoh di Denpasar, hampir di setiap sudut jalan saya punya reseller. Jadi, kalau ada orang di Jalan A order madu, saya langsung kontak reseller terdekat untuk membawakannya dengan harga dan kualitas sama. Kalau ada komplin, langsung ke saya,” ungkapnya.
Tingginya hasil penjualan madu kele-kele tidak saja karena kualitas, melainkan juga faktor kepercayaan. “Karena kualitas madu di mana-mana sama. Orang sering memastikan, madu asli apa palsu?,” terang lulusan S3 Program Doktor Ilmu Peternakan Universitas Udayana (Unud) ini.
Artinya, ketika konsumen sudah percaya dengan produknya, secara otomatis permintaan akan datang setiap saat, sehingga terus terbentuk jaringan. Dan, berkat kepercayaan inilah, usaha madu yang dikelola Wahyudi semakin berkembang. Di balik pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 yang sudah melumpuhkan ekonomi Bali, madu kele-kele produksi Wahyudi justru booming. Pasalnya, madu dipercaya berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh. Omzet madu pun meningkat tiga kali lipat.
Madu kele-kele produk Agrowisata Lebah Royal Honey Sakah dikemas dalam botol khusus ukuran 100 ml, 250 ml, dan 500 ml. “Harga di pasaran sama, tapi di reseller berbeda-beda tiap wilayah dan jumlah pengambilan,” ungkapnya. Untuk produksi, Wahyudi mengaku tidak bisa sendiri. Pihaknya bekerja sama dengan peternak/petani lokal Bali dan Sulawesi. “Saya biasa carikan madu di Tenganan, Tanah Aron, atau Rendang. Jenis Biroi Sulawesi juga saya ambil. Bahkan, jenis nyawan Bali dan hasil petani Petang juga saya ambil. Jadi, banyak kerja sama dengan petani. Tidak produksi sendiri,” jelas Wahyudi.
Sementara Agrowisata Lebah Royal Honey Sakah milik Wahyudi di Desa Batuan Kangin, selain untuk produksi, juga lebih diutamakan sebagai media edukasi. Di Agrowisata ini terdapat lima jenis lebah dengan 150 koloni. “Ini sebagai media edukasi bagi yang mau tahu lebih detail bagaimana beternak lebah,” tutupnya. *suk