Inflasi Bali Hingga Akhir Tahun Diperkirakan di Bawah 2 Persen

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali memperkirakan inflasi di Pulau Dewata sampai dengan akhir tahun cenderung rendah dan stabil atau di bawah 2 persen).

180
Trisno Nugroho

Denpasar (bisnisbali.com) – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali memperkirakan inflasi di Pulau Dewata sampai dengan akhir tahun cenderung rendah dan stabil atau di bawah 2 persen). Meskipun demikian, program 4K (ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif) TPID tetap terus didorong. “Terutama melalui kerja sama antardaerah, digital farming dan e-commerce,” kata Kepala KPw. BI Bali, Trisno Nugroho di Renon, Selasa (3/8).

Trisno menilai perkiraan inflasi cenderung rendah hingga akhir tahun dengan melihat beberapa perkembangan. Pada Juli 2021 misalnya, provinsi Bali kembali mencatat deflasi sebesar 0,04 persen (mtm), meski tidak sedalam bulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar 0,38 persen (mtm). Deflasi ini tercatat sebagai deflasi ke-4 di 7 bulan pertama 2021. Secara spasial, deflasi terjadi di Kota Denpasar sebesar 0,07 persen (mtm) sementara Kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,19 persen (mtm). “Turunnya tekanan harga terjadi pada kelompok core inflation, sedangkan kelompok administered price dan volatile food tercatat meningkat,” ujarnya.

Secara tahunan, Bali mengalami inflasi sebesar 0,93 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,58 persen (yoy) namun lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 1,52 persen (yoy).

Kelompok barang core inflation mencatat deflasi sebesar 0,12 persen (mtm), terutama disebabkan oleh turunnya harga canang sari dan emas perhiasan. Penurunan harga canang sari disebabkan normalisasi harga seiring dengan berakhirnya upacara adat dan keagamaan sepanjang bulan Juni 2021 yang dipercaya sebagai bulan baik bagi masyarakat Bali. Sedangkan penurunan harga emas perhiasan mengikuti penurunan harga emas dunia. Beberapa harga kebutuhan pokok lainnya (seperti buku pelajaran, popok bayi, dan perlengkapan pemeliharaan rutin rumah tangga) juga tercatat mengalami penurunan, seiring dengan penurunan permintaan ditengah melemahnya daya beli.

Sementara itu kelompok barang administered price mencatat inflasi sebesar 0,1 persen (mtm) yang didorong oleh peningkatan harga rokok kretek filter, rokok dan tembakau, serta tarif kendaraan roda 2 online. Namun peningkatan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya seiring dengan penurunan harga angkutan udara ditengah minimnya aktivitas penerbangan ke Bali pada periode PPKM Darurat.

Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 0,17 persen (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan harga terutama terlihat pada komoditas tomat, sawi putih, brokoli, dan cabai rawit. Peningkatan harga komoditas sayur-sayuran disebabkan oleh penurunan produksi sebagai dampak faktor cuaca yang memasuki musim kemarau. Seiring dengan itu, peningkatan harga cabai dan tomat juga dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas hortikultura secara nasional. *dik