Harga Ayam Sentuh Rp 10 Ribu Per Kilogram, Sejumlah Peternak Mandiri Setop Produksi

Sejumlah peternak ayam mandiri memilih setop atau tidak berproduksi sementara waktu.

687
AYAM - Populasi ayam di peternak saat harga masih stabil.

Tabanan (bisnisbali.com) –Sejumlah peternak ayam mandiri memilih setop atau tidak berproduksi sementara waktu. Keputusan ini diambil menyusul harga jual ayam broiler di tingkat peternak yang kian terpuruk, bahkan sempat menyentuh Rp 10 ribu per kilogram sekaligus merupakan harga terendah tahun 2021.

Peternak ayam mandiri di Desa Tunjuk, Tabanan, I Wayan Sukasana, mengungkapkan harga ayam broiler di tingkat peternak mandiri sudah makin hancur sekarang. Itu tercermin dari harga jual yang sempat turun hingga Rp 10 ribu per kilogram, meski akhirnya kembali menguat ke angka Rp 12 ribu per kilogram saat ini. Penguatan tersebut akibat ancaman demo para peternak ayam di Jawa menyikapi kondisi yang sama yang disampaikan dalam rapat melalui zoom meeting bersama Kementerian Pertanian dan Dirjen belum lama ini.

“Hasil rapat tersebut, pemerintah mengupayakan harga jual ayam di peternak dipaksakan naik, sehingga imbasnya juga dirasakan di Bali saat ini. Meski menguat, harga sekarang juga tidak menggembirakan, karena masih jauh di bawah normal,” keluhnya, Minggu (1/8).

Menurutnya, tren melemahnya harga jual ayam pedaging di tingkat peternak sebagai dampak jumlah populasi atau produksi di kalangan pabrikan yang terus meningkat di tengah merosotnya permintaan pasar saat ini. Kondisi tersebut membuat peternak mandiri atau kerakyatan yang berusaha tetap eksis berproduksi, justru akhirnya hanya menghambur-hamburkan modal uang karena tidak pernah bisa menutupi biaya produksi dengan pendapatan yang diterima. “Selama ini sudah cukup banyak modal uang dipakai untuk usaha, namun itu tidak menutup hasil penjualan ayam,” ujarnya.

Menyikapi kondisi tersebut, pihaknya dan sejumlah peternak mandiri lainnya di Bali memilih menyetop produksi sementara atau tetap berproduksi namun tidak kontinu. Upaya ini dilakukan akibat modal usaha sudah habis terkuras karena harga jual ayam yang anjlok dalam waktu cukup lama. “Upaya ini kami lakukan sambil melihat perkembangan harga lebih lanjut. Artinya, jika harga sudah mulai membaik kemungkinan mencoba berusaha kembali. Itu pun jika pabrikan menghendaki, karena harga ayam dikendalikan oleh pihak pabrikan,” kilahnya.

Sukasana menyatakan, jumlah peternak ayam mandiri di Bali sudah jauh menurun saat ini. Ia memprediksi hanya tinggal 15-20 orang. Jumlah ini jauh menurun dibandingkan periode 2010 yang hampir mencapai 70 orang.

Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang pedagang daging di pasar tradisional, Jero Puspa. Menurutnya, harga daging ayam di pasaran mengalami tren menurun, yakni dari Rp 34.000 menjadi Rp 32.000 per kilogram, bahkan kemungkinan turun lagi. Meski begitu, tren penurunan  harga ini tidak diikuti oleh meningkatnya permintaan pasar oleh konsumen, sehingga dirinya tidak berani menambah stok. “Transaksi stabil bahkan cenderung sepi. Mungkin akibat menurunnya daya beli konsumen sebagai dampak pandemi Covid-19,” jelasnya. *man