Denpasar (bisnisbali.com) – Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mempercepat pemulihan pelaku usaha di tengah masa pandemi covid-19 ini. Salah satunya, Holding Ultra Mikro yang segera terbentuk dan akan menjangkau segmen usaha ultra mikro lebih luas lagi di masa mendatang. Selain itu, dengan jumlah segmen usaha mikro dan ultra mikro yang diperkirakan mencapai 99 persen dari total unit usaha di Indonesia, hal ini akan berperan penting dalam kemajuan perekonomian nasional, khususnya dalam mempercepat pemulihan pelaku usaha.
Terbentuknya holding ultra mikro diproyeksikan akan memacu kinerja UMKM di Tanah Air, hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa dan Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan. Tujuan pembentukan holding, kata Purbaya Yudhi Sadewa adalah untuk lebih mendorong pertumbuhan UMKM di Indonesia dan langkah ini memiliki kontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan. “Hal ini tentu perlu untuk kita dukung bersama-sama,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima di Denpasar, Rabu (28/7).
Langkah pemerintah melalui Kementerian BUMN itu dinilai akan sangat efektif guna mempercepat pemulihan ekonomi karena terdampak pandemi Covid-19. Hal itu terjadi ketika usaha-usaha masyarakat kecil lebih berdaya. Apa yang dikatakan Purbaya sangat beralasan. Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebut segmen UMKM termasuk UMi berkontribusi terhadap 60% lebih perekonomian Indonesia. Bahkan 99% usaha yang ada di Tanah Air saat ini masuk dalam kategori UMKM. Dengan porsi yang sangat besar tersebut, 97% dari jumlah pekerja di Indonesia bekerja di sektor UMKM. Di sisi lain, sektor UMKM sangat rentan terdampak pandemi. “LPS berharap pembentukan holding ini benar-benar dapat mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia karena kinerja setiap perusahaan akan semakin optimal,” imbuhnya.
Sementara itu Trioksa Siahaan berpendapat kinerja positif setiap anggota holding telah terbukti pada masa pandemi Covid-19 ini. “Dengan kemampuan ekspansi dan penjagaan kualitas pembiayaan dari setiap perseroan, holding ini akan menjadi institusi besar yang juga berdaya saing global,” ujar Trioksa. Dia menyebutkan integrasi ekosistem ini akan membuat ekspansi usaha semakin kuat, sehingga mendorong lebih banyak investor untuk berkontribusi langsung pada pengembangan ultra mikro secara langsung maupun melalui holding ultra mikro.
Lagi pula, ketiga institusi ini dinilai sudah mampu mencari pendanaan dengan penerbitan surat utang. Bahkan, BRI sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia mampu menerbitkan global bond dan sustainability bond yang investornya berasal dari luar negeri. Trioksa menambahkan integrasi ini pun akan meningkatkan daya saing setiap institusi. “Pasalnya, penggunaan teknologi informasi dan penggunaan big data akan semakin intensif membantu baik pelaku ultra mikro maupun holdingnya sendiri,” katanya.
Terbentuknya holding ultra mikro semakin dekat setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar BRI pada Kamis (22/7) menyetujui pelaksanaan aksi korporasi rights issue untuk menerbitkan saham baru dalam rangka PMHMETD. Dana hasil dari aksi korporasi tersebut akan dimanfaatkan BRI untuk pembentukan Holding Ultra Mikro yang dilakukan melalui penyertaan saham BRI dalam Pegadaian dan PNM, sebagai hasil dari inbreng Pemerintah. Selebihnya akan digunakan sebagai modal kerja BRI dalam rangka pengembangan ekosistem Ultra Mikro, serta bisnis Mikro dan Kecil.
Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, dengan pembentukan Holding Ultra Mikro tidak hanya dapat memberikan pertumbuhan yang berkelanjutan bagi BRI, Pegadaian maupun PNM, namun juga bagi pelaku usaha yang termasuk dalam segmen ini. Dalam sinergi ini, PNM akan berperan di fase Empowerment. Pinjaman kelompok yang disalurkan PNM selain bernilai sebagai pembiayaan, juga berfungsi dalam pemberian asistensi dan peningkatan kapabilitas. Kemudian, di fase Integration, Perseroan dan Pegadaian dapat membantu pelaku usaha di segmen tersebut dengan berbagai produk gadai maupun Kredit Usaha Rakyat.
“Selanjutnya, pada tahap terakhir yaitu fase Upgrade, Holding Ultra Mikro memungkinkan pelaku usaha Ultra Mikro untuk naik kelas menjadi nasabah Mikro Perseroan yang berbasis komersial. Proses dimaksud akan terjadi dalam satu ekosistem sehingga lebih efektif dan efisien,” tambahnya.
Sinergi tiga BUMN melalui Holding Ultra Mikro tersebut tidak sekedar memberikan akses layanan keuangan kepada lebih dari 45 juta usaha Ultra Mikro, namun juga memberikan manfaat yang besar bagi pengembangan UMKM dan juga perekonomian nasional, khususnya dalam mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. *rah