BUMBU rujak Mang Ata adalah produk yang memiliki cita rasa khas Bali. Bumbu rujak ini dibuat dengan bahan-bahan pilihan, dibuat secara higienis. Biasanya orang yang sudah ketagihan dengan rasa rujak pasti akan memburu dan mencoba. Maka tak heran orang berlomba-lomba membuat bumbu rujak untuk adonan buah segar yang enak agar semua orang ketagihan dengan rasanya.
Menurut owner bumbu rujak Mang Ata, Ni Nyoman Dewi Milayanti yang beralamat di Banjar Kuwum, Mengwi Badung mengatakan, membuat bumbu rujak berawal dari sekadar hoby. Tapi pada 2017 berkat saran teman yang pernah diberikannya bumbu rujak meminta ia memproduksi dan menjual ke pasaran. “Akhirnya dari sana awalnya saya berpikir dan mencoba untuk menjual bumbu rujak yang saya buat ke masyarakat luas. Di awal tahun 2017 itulah saya sudah mulai memproduksi bumbu rujak dengan skala yang masih kecil,” katanya.
Setelah sekian lama promosi dan dengan bantuan dari teman-teman pengajar ikut mempromosikannya sehingga makin banyak orang tahu bumbu rujak Mang Ata. Sampai di situasi seperti sekarang ini di mana sedang dihadapkan pada masa pandemi Covid-19 tapi bumbu rujak Mang Ata sudah dikenal masyarakat. Untuk produksi bumbu rujak Mang Ata itu mencapai sampai 200 botol per hari.
“Kalau per harinya kita memproduksi 200 botol jadi selama tiga hari kita sudah bisa menjualnya sampai 600 botol laku. Bumbu rujak Mang Ata ini mempunyai ciri khas yaitu ada rasa asamnya kemudian terasinya tidak terlalu banyak dan level pedasnya itu relatif,” tambahnya. Di samping rasa, bumbu rujak Mang Ata juga tidak terlalu cair sehingga kalau sedang menikmatinya bisa lebih lengket di buah. “Sehingga rasanya makin cepat di lidah, itu yang menjadi sensasi orang menikmati bumbu rujaknya,” ujarnya.
Bahan dasar dari bumbu rujak Mang Ata ini ada dua macam yaitu menggunakan gula merah dan gula pasir. Untuk sekarang ini, bumbu rujak Mang Ata ini sudah dipasarkan hampir di seluruh Bali dan juga mempunyai seller. Kalau di daerah luar Bali juga sudah biasa mengirim ke Kalimantan, Lampung dan Lombok. Untuk di daerah Jawa biasanya pesan lewat media sosial Facebook untuk dikonsumsi pribadi. Untuk penjualan dibandingkan sebelum masa pandemi dan sesudah pandemi ini hampir mirip, karena saat pandemi orang cenderung lebih banyak diam di rumah dan ada juga wacana harus banyak mengkonsumsi vitamin C di masa pandemi ini.
Vitamin C bisa dinikmati dari buah-buahan segar, dan jika sudah dicoleki dengan bumbu mungkin banyak ketertarikannya. “Sehingga di masa pandemi ini tidak ada penurunan yang signifikan saya rasakan. Apa yang saya berikan untuk bumbu rujak Mang Ata ini adalah menjaga kualitas, semoga konsumen itu merasa puas dan semoga tidak meninggalkan bumbu rujak Mang Ata,” tutupnya. *suk