Denpasar (bisnisbali.com) – Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menyebutkan berdasarkan komponennya, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) di perkotaan pada Maret 2021 sebesar 68,76 persen. Sedangkan sumbangan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) sebesar 31,24 persen. Kepala BPS Bali, Hanif Yahya di Renon menyampaikan sumbangan GKM terhadap GK di pedesaan pada Maret 2021 sebesar 69,74 persen, sedangkan GKNM memberikan sumbangan sebesar 30,26 persen terhadap GK pedesaan. “Komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan Maret 2021, baik di perkotaan maupun di pedesaan pada umumnya sama, yaitu komoditas beras,” katanya.
BPS Bali mencatat, komoditas makanan yang berpengaruh dalam pembentukan garis kemiskinan di perkotaan adalah beras, daging ayam ras, rokok kretek filter, telur ayam ras, cabai rawit, bawang merah, mie instan, kue basah, kopi bubuk dan kopi instan (sachet), dan gula pasir. Sementara komoditas makanan yang berpengaruh dalam pembentukan garis kemiskinan di pedesaan adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, cabai rawit, telur ayam ras, bawang merah, kue basah, roti, kopi bubuk dan kopi instan (sachet), dan mi instan.
Secara garis besar lima komoditas bukan makanan yang berpengaruh pada pembentukan garis kemiskinan di perkotaan antara lain perumahan, bensin, upacara agama atau adat lainnya, listrik, dan pendidikan. Hanif juga menyampaikan komoditi bukan makanan yang berpengaruh dalam pembentukan garis kemiskinan di pedesaan antara lain perumahan, bensin, upacara agama atau adat lainnya, listrik dan kayu bakar “Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach),” jelasnya.
Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan (makanan dan bukan makanan).
Garis kemiskinan makanan didefinisikan sebagai nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan (setara 2100 kalori per kapita per hari. Sedangkan, garis kemiskinan bukan makanan didefinisikan sebagai nilai minimum pengeluaran untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan pokok bukan makanan lainnya “Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan,” ucapnya.
Metode ini merujuk pada manual book World Bank dan sudah digunakan oleh BPS sejak tahun 1976 (yang disempurnakan pada tahun 1998) supaya hasil penghitungan konsisten dan terbanding dari waktu ke waktu (apple to apple).
Lebih lanjut ia menyebutkan faktor terkait tingkat kemiskinan Bali dipengaruhi juga dari pertumbuhan ekonomi triwulan I 2021 terkontraksi. Ekonomi Bali triwulan I-2021 terhadap triwulan I-2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -9,85 persen (y-on-y). Angka ini lebih rendah jika dibanding capaian triwulan I-2020 yang terkontraksi sebesar -1,20 persen (y-on-y).
Begitupula pertumbuhan konsumsi rumah tangga terkontraksi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2021 terkontraksi sebesar -3,73 persen (y-on-y), menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang tumbuh sebesar 2,70 persen. Termasuk inflasi di mana angka inflasi umum tercatat selama periode September 2020 hingga Maret 2021 sebesar 1,61 persen. *dik