Tabanan (bisnisbali.com) – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat berimbas pada makin menumpuknya stok telur di Kabupaten Tabanan karena tidak bisa disalurkan. Akibatnya, harga telur yang sebelumnya sudah anjlok menyentuh kisaran Rp 1.200 per biji di tingkat peternak ayam, kini terus tertekan hingga menembus Rp 1.100 per butir.
Peternak ayam petelur, Darma Susila, di Desa Buruan, Tabanan, mengungkapkan kondisi peternak makin terpukul sekarang ini. PPKM Darurat berpengaruh pada menurunnya serapan pasar, sehingga produksi telur yang masih berlangsung normal memicu penumpukan stok di gudang. “Selama PPKM Darurat, sepanjang pengepul memenuhi persyaratan untuk mengambil produksi peternak dan mengedarkan ke konsumen, mereka masih diizinkan melintas di titik-titik penyekatan. Hanya, kini yang membeli jumlahnya menurun,” tuturnya, Minggu (11/7).
Ia memprediksi penurunan tersebut dipicu oleh PPKM Darurat yang berpengaruh pada menurunnya jumlah pembelian oleh konsumen, kalangan usaha toko kue dan usaha kuliner. Bahkan, sejumlah usaha kuliner yang selama ini sebagai konsumen langgananya terpaksa memilih menutup sementara usahanya karena pertimbangan penjualan menurun akibat hanya melayani pembelian take away dan jam oprasional terbatas.
Permintaan pasar yang menurun membuat stok telur di tingkat peternak yang sebelum PPKM Darurat sudah menumpuk, kini kondisinya makin melimpah. Sebelum PPKM Darurat pihaknya biasanya memiliki stok hasil dari tiga hari produksi. Kini bertambah lagi karena memiliki stok hasil dari lima hari di kandang. Akibatnya harga telur di peternak yang sebelumnya sudah turun semakin tertekan.
Saat ini harga telur yang akan dikirim ke Jawa dihargai Rp 1.000 per butir di kandang, sedangkan untuk pemasaran lokal Bali berada di kisaran Rp 1.100 hingga Rp 1.150 per butir. Stok telur ini melalui tahapan sortir dan penyimpanan yang baik sehingga umumnya memiliki umur simpan hingga dua minggu. “Namun, masalahnya kini umur simpan tidak banyak membantu untuk mencegah kerugian peternak, karena penurunan harga telur berpeluang berlanjut. Di sisi lain, biaya pakan makin mahal menyentuh Rp 7.000 per kilogram,” keluh, Darma Susila.
Bercermin dari itu, meski harga di Jawa lebih murah dibandingkan di Bali, sejumlah peternak ayam petelur di Pulau Dewata terpaksa melempar produksinya ke Pulau Jawa. Di Jawa, telur ayam produksi peternak lokal diminta dengan harga Rp 1.000 per butir.
Sementara itu, meski harga telur di tingkat peternak ayam mengalami penurunan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tabanan mencatat harga salah satu produksi peternakan unggas di tingkat pedagang justru berada di kisaran stabil. Itu tercermin dari harga telur ayam di tingkat pedagang di kisaran Rp 40.000 per krat, sama seperti harga sebelum pelaksanaan PPKM Darurat. *man